4 Sekawan, Pentignya Kebersamaan

By Gemaulani

Hai selamat bertemu lagi … aku sudah
lama menghindarimu *eh salah fokus

Kali ini aku akan bercerita tentang awal
mula rencana pertemuan kami … seluruh fasttrack generasi pertama sih inginnya,
sayang keinginan itu tak sampai. Saat bulan ramadhan tiba, aku yang ehm masih
mencari pekerjaan ini jelas memiliki banyak waktu luang untuk bertemu siapapun,
kapanpun dan di manapun jika saja ehm keuangannya memadai.

Aku menawarkan jadwal buka bersama,
tentu saja tanpa kehadiran eceu Yunita yang jelas-jelas masih berada di pulau
Sumatera. Kebetulan aku berniat untuk mengikuti seleksi tahap dua di perusahaan
xxxxx yang mempunyai cabang di Bandung. Tapi rencana hanyalah rencana, selalu
saja berbanding terbalik dengan kenyataan. Rencana itupun gagal pake total. Akibat kepo tentang perusahaan tersebut di kaskus.

Baiklah, tak apa… masih ada banyak waktu
dan lain kali. Aku pun merencanakan kembali untuk mengadakan pertemuan setelah
lebaran. Dan kalian tahu … jadwal eceu Yunita yang akan mudik pun sudah padat
merayap namun tidak di makan rayap *maaf. Belum lagi Apri dan Endah yang jadwal
liburnya tidak bersamaan. Lainnya seperti biasa, menanggapi sebentar kemudian
senyap. Karena eh pusing tujuh keliling atau apalah namanya, diskusi pun
dihentikan, aku pending sampai setelah lebaran.

Lebaran berlalu, tanggal 20 pun tiba dan
besoknya 21, hari terakhir Endah libur. Aku menghubungi Yunita, berharap eceu
yang satu ini sudah tidak begitu sibuk. Yeay katanya Yunita bisa, kutanya Apri
kebetulan liburnya tanggal 21 dan 24. Kutanya Endah eh bbmnya malah ceklis.
Tenang ada line tapi teu dibaca-baca, ada sms tapi teu di bales-bales … kaburu
abi tunduh.

Endah bilang dia bisa, tapi kemudian
Yunita … ternyata ada jadwal reunian juga dengan teman SMK-nya. Mendadak
keramaian diskusi pun bisu. Lainnya tak ada yang muncul, kecuali babeh Hakim.
Dia memang sudah bilang tidak bisa jika tanggal 21. Akupun hendak menuju tempat
peristirahatan sementara (baca : kasur) aku lelah dan ingin tidur setelah tadi
siang sampai sore berkunjung ke rumah teteh ipar.

Endah memberi kabar katanya Yunita bisa,
eh tiba-tiba Yunita bilang besok budenya pulang. Duh jadi simpang-siur,
sementara mba Apri sudah jelas masih di tempat kerjanya dan belum membalas.
Setelah melalui perdebatan yang begitu melelahkan akhirnya diputuskan Yunita
bisa dan kami janjian di BIP jam 11 siang yang kemudian di ralat menjadi jam 10
siang karena eh karena eceu Yunita membagi waktu untuk pertemuan lainnya pukul
12 siang. Memang eceu yang satu ini kalau mudik schedulenya padat.

Bandung nyingcet (baca : Nagreg), 21
Juli 2015

Kalian tahu kalau tanggal 21 itu sedang
hits arus balik maupun mudik. Kurasa kalian tahu. Dengan begitu aku tidak
mungkin menggunakan moda transportasi umum seperti roaler coaster (baca : elf)
karena selain tarifnya mahal, kemungkinan penuh dan macet di pintu keluar tol
terusan pasir koja. Ini baru dugaan. Maka dari itulah untuk mengurangi biaya
dan demi kecepatan aku memlih untuk menggunakan kereta api, itu lho KRD Bandung
Raya yang penumpangnya selalu ramai.

Aku sudah lama tidak menggunakan moda
transportasi kereta lokal ini, maka di sinilah kegalauan terjadi. Kucari jadwal
melalui internet, jadwal terbaru per 01 April 2015 daan you know what, KRD
Patas ternyata memang sudah lenyap … ditiadakan. Padahal aku mah fans berat KRD
Patas meskipun tiketnya mahal. Tapi di jamin dapet tempat duduk begitu. Ah
syudahlah.

Dari jadwal yang ada, kereta menuju
Bandung yang mendekati pukul 10 pagi hanya ada dua pilihan. Jam 7.25 dan 9.00,
naik yang 7.25 kepagian, naik 9.00 kesiangan sedikit. Namun pada akhirnya aku
memutuskan untuk naik yang 7.25 karena aku terbiasa datang lebih cepat daripada
terlambat. 7 kurang 20 aku berangkat dari rumah bersama mamang ojek langganan,
diantarkan sampai stasiun Cicalengka. Dan kenyataannya sungguh sangat
menyakitkan, pukul 7 aku tiba dan stasiun Cicalengka yang amat sangat super pinuh
alias mudal. Antriannya mengular dan tak beraturan, sementara loket pembelian
karcis sudah tutup. Asli nyesek.

 
sekilas iklan.

Kereta itupun berangkat dan aku
menggalau di dalam antrian panjang itu hingga loket dibuka kembali pukul 7.45,
buset dah mau naik jam 9 aja antriannya udah kek gini. Seperti yang sudah
kujelaskan aku pasti terlambat. Ya, gak apa-apalah sekali-kali aku yang telat. Kereta pun melaju dari satu stasiun ke stasiun lain. Kukira
sudah tiba ternyata masih di Cikudapateuh. Oke akhirnya setelah keluar stasiun
langsung naik angkot ST Hall-Dago dan tibalah di dekat lampu merah arah BIP dan
BEC. Sungguh aku linglung, masuk BIP clingak-clinguk nyari mereka bertiga yang
ternyata nangkring di JCO, lho ternyata mereka berempat. Eceu Yunita ditemani
Akangnya, ahahaha *jadi ngiri pengen punya juga wkwkwk.

Mereka belum pesan apa-apa, berhubung
nggak ngeliat ada kursi yang jumlahnya lima, akhirnya kita keluar dari sana
tapi kemudian balik lagi. Dih apa-apaan coba bulak-balik. Hahaha

Aku pesen ice cream sama kek Yunita dan Apri, sementara Endah pesen greentea lagi nggak makan ice cream katanya. Setelah itu ditambah donat kecil-kecil satu box. Deuh topingnya berlemak semua, hahaha.

Y : “Hayu foto, fotoin mas!” (ngasih
hape ke Mas Febri)
E : “Nggak boleh foto mba ih!”
Y, A, G melong gambar di pintu masuk.
Y : “Baelah saeutik mah.”
***Pose

Belakang Endah-Gilang, Depan Yunita-Apri 






Hasilnya akangnya eceu Yunita motoinnya
ngaberebet tanpa ngomong sepatah katapun. Hahaha.







Setelah mengobrol ngaler-ngidul, dan
waktu semakin menuju jam dua belas siang akhirnya kita keluar dari sana dan
mencari studio foto buat photo box. Dipandu oleh mba Apri yang kata Endah
kuncen BIP.

Kami mendaftar kemudian menuju studio
belakang untuk tempat photo box yang lebih luas. Di sanalah ada mas-mas
penjaganya yang pikalucueun pereup (baca : judes). Beuh muka sama tanggapannya
bikin males banget lah. Bahkan Apri yang sabar pun berhasil dibuatnya kesal.

Sambil menunggu kita berfoto grupi pake
hapenya eceu Yunita yang cerah hasil gambarnya dan hapeku yang sedikit burek
gambarnya. Ahahaha. Sampai waktu foto pun tiba.






Mukee nggak kontrol gini ckckck



——– bersambung


Inilah hasilnya yang anti-mainstream,
gak jelas hasilnya karena kita bingung mirror kameranya ke sebelah mana.
Hahaha.


Itu di belakang nggak tau cowoknya siapa, ka foto … maafkan.


Sambil menunggu hasil yang telah dipilih
dicetak dan Yunita foto sama kang masnya … kami kembali berfoto, maklum hapenya eceu Yunita batrena awet.
*mendadak lupa sama usia
Kalau ini nunggu hasil fotonya eceu Yunita.



Waktu semakin sedikit dan kami pun
memutuskan untuk keluar dari BIP. Mengantar Endah membeli pizza dengan ukuran
besar. Akhirnya waktu kebersamaan pun benar-benar habis. Sebelum berpisah kami
berfoto terlebih dahulu dan seperti sebelumnya akangnya eceu Yunita motoin
banyak banget tanpa bilang mulainya kapan hahaha.



Semoga lain kali bisa bertemu lagi ya,
kalau bisa semuanya. Dan  Eceu Yunita
beserta mba Apri sudah  naik berat
badannya dan Aku sudah turun berat badannya *eeh ngarep.
Nah kalau ini fotonya pake kamera hape aku, jadi agak blur karena timernya kelamaan hahaha.


———-
Setelah sesi foto terakhir, kita pun berpisah di parkiran Gramedia karena eceu Yunita ada schedule lain. Sementara kita bertiga melanjutkan naik angkot menuju BALTOS alias nganterin Endah naik travel. Kita pun tiba di BALTOS dan Endah memesan satu tiket pulang ke Purwakarta. Dikarenakan jadwal keberangkatannya masih satu jam dan perut kita keroncongan, akhirnya nyari makan deh di area BALTOS. Dan makannya apa coba, mi yamin hahaha. Deuh keluar rumah tetep aja makan mie -_-

Perut pun sudah kenyang, lanjut nganterin Endah ke tempat pesen travel tadi. Say bye-bye deh sama Endah. Setelah kukurilingan mencari letak musholla, dan mba Apri sholat … kita berdua melanjutkan jalan-jalan (baca: jalan kaki jarak lumayan) ke taman Pasupati atau lebih terkenalnya taman Jomblo. Pas banget sama aku yang emang lagi jomblo wkwkwk. 

Kita berdua udah setahunan lebih nggak ketemu, udah lama juga nggak foto bareng. Alhasil jadi canggung begindang, cuma bisa senyum sampai kering tanpa ada ekspresi yang lain. Atau kita udah sadar umurnya udah tuaan Hahahaha. Eh tapi kalau dipikir-pikir sih agak nggak tahu malu juga, diliatin sama yang pengamen dan orang-orang yang kebetulan nungguin lampunya ijo.

 
Yang ini ke atas pake kamera Apri ke bawah pake kamera Aku

 
Apri kemayunya muncul hahaha.



Setelah langit mulai terlihat agak cerah, kita pun memutuskan untuk beralih tempat ke alun-alun Bandung. Dan wow, tidak bisa merasakan duduk di atas rumput sintetis karena pinuh pisan -_- Akhirnya ya cuma jalan kaki terus-terusan sampe duduk di depan Bank Mandiri. 

 
 Kalau yang ini pake nokia express music 😀 hape jadul

 Pinuh.
 Iseng

Kita melanjutkan perjalanan mendekati Gedung Merdeka! Suasana tahun 2012 dan 2015 kerasa banget bedanya. Yaiyalah udah tiga tahun berlalu dan sekarang banyak tempat duduk di mana-mana jadilah rame.

 
Lanjut jeprat-jepret apa aja sesuka hati.

Lalalala- mulai lagi deh kita gila foto tapi ekspresinya cuma senyum sampe kering wkwkwk.

 

 Baru sadar setelah foto bahwa di belakang kita itu tong sampah Zzzzz


Dan akhirnya kita menyebrang —
 
Seberang Gedung Merdeka yang ramai sekali.

 
Maaf aku mah gemuk bukan gendut. gendut itu buat yang perutnya buncit 😛

 Yihaaa, bales aku fotoin hahaha

 
 
Detik-detik sebelum pulang karena udah sore, karena kalau foto terus-terusan hapenya Apri lama banget matinya alias baterenya terlalu awet. Bisa jadi sampe tengah malem juga belum kelar.

 
Perpisahan deh kita di deket stasiun. Terima kasih untuk kalian bertiga yang meluangkan waktunya hari itu. Sampai bertemu di lain kesempatan. Di Nikahannya siapa gitu, kayaknya lebih seru 😛


Catatan : Tidak menerima pertanyaan siapa mereka, pin bb, no hape dan titipan salam.


Leave a Comment