Dok. Pribadi |
“Sekecil apa pun kepedulian kita, besar artinya untuk sesama.” Kalimat ini aku kutip dari empat video yang diputarkan beberapa kali sebelum acara Netizen Bandung Ngobrol BJila kitaareng MPR RI dimulai. Keempat video berdurasi singkat itu serta kalimat penutupnya, memiliki pesan moral yang sama, yang berkaitan erat dengan 4 Pilar MPR RI : Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Ya, namanya 4 Pilar MPR bukan lagi 4 Pilar Kebangsaan. Dan aku baru mengetahuinya #kemanaaja.
Ya, sesuai kutipan kalimatnya, keempat video itu berisikan pesan tentang kepedulian terhadap lingkungan dan sesama serta tolong menolong. Video-video yang membuatku tercenung. Salah satu yang paling kuingat adalah dua orang anak SMA (laki-laki dan perempuan) ketika asyik berbincang kemudian menemukan dahan pohon yang menghalangi jalan, mereka memindahkannya ke pinggir, kemudian membantu seorang ibu yang hampir terserempet kendaraan roda dua dan barang yang dibawanya berhamburan.
Kenapa peduli mencerminkan 4 pilar? Karena dengan peduli, kita sudah berlaku adil. Saat memedulikan lingkungan sekitar, tentu kita tak akan mempermasalahkan tentang perbedaan, dari mana dia berasal, apa agamanya, dan lainnya. Karena kalau bukan kita yang peduli pada bangsa ini, lalu siapa yang akan peduli?
Ini Pak Andri, bukan Sammy Simorangkir – Dok. Pribadi |
Setelah beberapa kali video diputar, acara yang berlangsung di ruang Voltaire, Hotel Novotel Bandung, pada Sabtu, 20 Mei 2017 lalu ini pun dipandu oleh pak Andri, selaku Kepala Bagian Pengolahan Data dan Sistem Informasi Humas MPR. Beliau pun mengutarakan salah satu cara mengamalkan 4 Pilar yang paling mudah tapi nyatanya susah dilakukan, “jangan menyakiti orang lain.” Dengan tidak menyakiti orang lain, kita turut menjaga hak asasi setiap manusia.
Bang Aswi – Dok. Pribadi |
Setelahnya, Bang Aswi selaku ketua Blogger Bandung pun memberikan sambutannya, dilanjutkan dengan ibu Siti Fauziah, selaku Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal (Setjen) MPR RI dan ibu Rharas Estining Palupi selaku Kepala Bagian Pemberitaan, Hulembaga dan Layanan Informasi Biro Humas MPR. Tak lupa juga sambutan dari Pak Purwanto, bapak berblangkon yang merupakan Staf Biro Humas MPR. Yang aku ingat dari kalimat pak Puwanto adalah, kita bisa menanamkan 4 pilar dimulai dari menanamkan dan mengenalkan tentang seni tradisional kepada keluarga.
Pak Purwanto – Dok. Pribadi |
Kesempatan bergabung dalam acara ini membuatku mendapatkan informasi, pemahaman, dan pengalaman baru. Salah satunya informasi dari ibu Rharas, bahwa MPR bukan lagi lembaga tinggi negara, namun setara dengan lembaga lainnya. Kemudian, MPR pun sangat gencar mensosialisasikan 4 Pilar MPR ini dengan berbagai cara, agar 4 pilar bisa dipahami dan dimiliki oleh semua kalangan.
Ibu Rharas – Dok. Pribadi |
Di tingkat sekolah dasar (SD), sosialisasi 4 pilar dilakukan dengan cara mengadakan lomba mewarnai dan menggambar bertemakan 4 pilar. Di sini, mendengar ibu Siti Fauziah menceritakan seorang anak SD menggambar burung garuda dengan sayap patah dan tengah dirajut. Mendengarnya saja membuatku terkesima dan merinding, apa kabar kalau lihat aslinya, pasti tambah merinding dan rasa 4 pilarnya terasa banget. Sementara untuk tingkat mahasiswa, sosialisasi dilakukan dengan outbound. Diharapkan dengan adanya sosialisasi 4 pilar ini, bisa mengikis kebencian agar tak terjadi perpecahan. MPR pun berusaha memasukan 4 pilar ini dalam kurikulum tentang budi pekerti, bekerja sama dengan kementrian pendidikan.
Ibu Siti Fauziah – Dok. Pribadi |
Tak hanya itu, MPR pun membuat komik 4 Pilar yang dibagikan kepada anak-anak di tingkat TK juga SD, sayang terakhir dicetak tahun 2010. Tapi, ke depannya MPR berencana membuat komik 4 Pilar lagi. Eh ya, di situs mpr.go.id ada komik sosialisasi 4 pilarnya juga lho. Ini dia, salah satunya :
Sumber : mpr.go.id |
Tak bisa dipungkiri, jika akhir-akhir ini, di negeri kita, kerusuhan terjadi di mana-mana. Tak hanya kerusuhan secara langsung, sekarang ini, kerusuhan pun terjadi melalui media sosial. Dengan penyebaran berita hoax yang semakin menjadi-jadi yang didorong faktor membagikan artikel dan tulisan apa pun tanpa membaca, dan memahaminya terlebih dahulu.
Membendung informasi termasuk informasi hoax memang sulit untuk dilakukan, tapi, kita bisa menguatkan pondasi agar tak mudah terpancing hoax. Caranya, dengan terus belajar, terus membaca, memahami kembali 4 Pilar : Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika dan menjadikannya pedoman hidup berbangsa. Jika kita memahami mereka (4 Pilar) dan melaksanakannya, tentu, tak ada lagi yang menyakiti dan tersakiti. Dan kita bisa saling menghargai satu sama lain.
Bukan dari Bandung aja, tapi beberapa wilayah Jawa Barat – Dok. Humas MPR RI |
Nah, sebenarnya, kalau setiap individu memiliki kesadaran sendiri untuk mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam 4 pilar ini, tanpa sosialisasi pun kita bisa belajar sendiri untuk memahami 4 pilar kemudian menularkannya pada lingkungan terdekat (keluarga). “Karena setelah memahami tentu kita akan menyadari dan melaksanakannya. ” Begitu yang diutarakan Bapak Ma’ruf Cahyono selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) MPR RI yang turut hadir dalam acara ini. Karena bersatu tak berarti harus sama bukan. Bersatu itu, bisa hidup rukun dalam keberagaman. Menghargai perbedaan yang ada.
Bapak Sekjen MPR RI – Bapak Ma’ruf Cahyono Dok. Pribadi |
Bapak Ma’ruf juga mengutarakan, jika ada kesenjangan dalam kebijakan, kita bisa menemukannya dalam Ketetapan MPR (Tap MPR). Karena Tap MPR berada di posisi kedua setelah UUD 1945 sebagai sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan, panduan untuk siapapun yang ada di dalam negeri. Dari mulai kebijakan, etika, pemberantasan korupsi, sampai visi masa depan Indonesia, semua ada di sini, lengkap. Bahkan di tanggal 31 Mei nanti, akan diadakan konferensi etika nasional.
UUD 1945 dan Tap MPR – Dok. Pribadi |
Acara ini ditutup oleh puisi yang dibacakan Sekjen MPR RI, bapak Ma’ruf Cahyono. Puisi yang intisarinya merupakan Indonesia yang kita harapkan, yang jika dijabarkan bisa menjadi sebuah buku.
Dok. Pribadi |
Blogger sendiri pun berbeda-beda. Dari daerah yang berbeda, latar belakang berbeda, punya niche berbeda, tapi memiliki tujuan yang sama, menyampaikan informasi kepada pembacanya.