Beradaptasi Dengan Lingkungan Baru

By Gemaulani

Sabtu, 02 Agustus 2014


Handphone-ku berdering, menampilkan sederet angka telepon rumah dengan kode khas kota Garut. Dengan cemas diriku segera menerima panggilan itu … benar saja, telepon dari kantor cabang perusahaan jasa pengiriman surat dan paket yang kukirimkan surat lamaran awal bulan Juli kemarin. Berbeda dengan telepon-telepon dari beberapa cabang sebelumnya, kali ini diriku langsung diberikan pertanyaan siap atau tidak untuk bekerja sebagai tenaga PHL (Pekerja Harian Lepas) dengan kontrak 3 bulan untuk menggantikan pekerjaan karyawan yang akan cuti bersalin. Diriku yang berbulan-bulan menjadi pengangguran akut dan menginginkan pekerjaan di perusahaan tersebut sejak awal masuk kuliah pun jelas menyatakan siap tanpa memperdulikan UMR (Upah Minimun Regional) kota Garut yang terbilang kecil dengan jarak tempuh satu jam dari rumah (kalau nggak macet dan blablabla).

Senin, 04 Agustus 2014

Wawancara pagi itu bersama manager SDM dan kepala kantor menyatakan bahwa aku diterima bekerja sebagai Staff SDM. Dan ternyata karyawan yang akan menjalani cuti bersalin itu adalah ibu manager SDM-nya. Diriku panik, apa yang harus kukerjakan nanti, apakah diriku bisa melakukannya? Sementara tadi saja diriku menahan takut setengah mati saat bertanya letak ruangan SDM kepada pak satpam berwajah sangar yang berjaga di depan. Dan orang-orang seperti apakah yang akan diriku hadapi. Jawaban dari semua pertanyaan itu akan terjawab esok, karena aku akan memulai semuanya mulai esok pagi.

Ibu manager bilang jam kerjaku dari Senin s/d Sabtu. Senin – Jum’at pukul 08.00-17.00 WIB dan Sabtu pukul 08.00 – 14.00 WIB (Dengan catatan pekerjaan sudah beres). Awal yang baru di tempat yang baru walau kotanya sudah tidak baru. Ya, tiga tahun lamanya menghabiskan masa SMK di kota kecil ini. Semuanya masih nampak sama … hanya ada beberapa perubahan baru seperti berdirinya sebuah Mall. Diriku dipersilahkan pulang dan kembali besok pagi. Karena musim PKL (Praktek Kerja Lapangan) sempat ada seorang siswi yang memakai jasket biru dongker bertanya : “Teteh, mau PKL juga?” Diriku hanya tersenyum dan menggeleng, dalam hati “Apa salahku dikira mau PKL lagi?” 

Selasa, 05 Agustus 2014
Pagi itu semuanya terasa kembali normal. Mulai dari bangun pagi, bersiap-siap dan memiliki tujuan ke mana harus melangkahkan kaki setiap harinya. Diriku datang terlalu cepat dan akhirnya terduduk sendiri di ruangan SDM yang masih gelap. Entah saklar lampunya di sebelah mana. Tepat lima belas menit sebelum pukul 08.00 barulah suasana kantor terasa hidup. Semua ruangan sudah terisi. Pagi itu diawali dengan berkeliling seluruh bagian kantor untuk berkenalan. Pertama kami, diriku dan kak Z**** yang kebetulan diterima menjadi PHL satu bulan diajak berkenalan dengan penghuni ruangan Akuntansi dan Keuangan, ada lima penghuni di dalamnya (termasuk 2 manager). Oh ya, hari itu kebetulan manager Keuangan sedang cuti … digantikan sementara oleh manager Keagenan. Selanjutnya kami diajak berkenalan kebagian lainnya. Ting-tong memori diriku yang hampir overload ini jelas kesusahan mengingat.  Berkali-kali mengucap mantra di dalam hati bahwa ini baru awalnya saja … tenang, nanti juga inget!

Setelah berkeliling-keliling kantor, akhirnya tibalah diriku pada perkenalan dengan pekerjaan. Dari mulai mengisi daftar hadir, mengingatkan pegawai lain untuk mengisi daftar hadir, mencatat cuti pegawai, mengagendakan surat masuk dan keluar, mendisposisi surat, membuat surat perintah sesuai perintah kepala kantor, mengurus SPJ dan Restitusi pegawai serta pensiunan, membuat laporan bulanan internal dan eksternal yang dikirim ke kantor Area, menjawab telepon masuk, mengecek e-mail setiap hari, dan lain-lain. Dari sekian banyak list yang dijelaskan … laporan bulanan lah yang membuat diriku agak ngeri-ngeri gimana gitu. Takut salah dan akibatnya kan bisa fatal.

 Surat-surat yang harus diagendakan dan nantinya di disposisi sesuai perintah kepala kantor
Kwitansi restitusi yang harus dijumlahkan dan dicairkan dananya oleh manager keuangan


—————–

Empat hari sudah diriku berada di tempat ini. Masih dalam tahap meraba-raba pekerjaan. Untungnya ibu manager SDM sangat baik, ditambah seorang Staff-nya yang sudah senior yang tak kalah baiknya serta dua anak siswi PKL yang membuat diriku merasa memiliki teman *tidak sadar usia. Hari yang tak akan diriku lupakan seumur hidup. Berfoto bersama mereka. Lihatlah diriku yang nampak kucel, berkerudung hijau dengan pipi yang sangat tembam (Efek nganggur berlama-lama jadinya timbangan ikut naik). Foto ini menjadi awal kedekatan diriku bersama mereka.



beradaptasi dengan lingkungan baru

Senin, 18 Agustus 2014


Awal dari semua perubahan itu, awal mengerjakan semuanya secara mandiri tanpa arahan dan bimbingan dari ibu manager yang sudah memulai cutinya. Awal bekerja di bawah pengawasan manager Properti yang menjadi pejabat sementara manager SDM. Awal yang diriku kira akan begitu sulit … kenyataannya memang cukup sulit.

——-
Awalnya semua berjalan dengan lancar, hari demi hari dilalui tanpa rintangan yang berarti. Hingga tiba di suatu masa tanggal mengurus Kwitansi restitusi. Untungnya ibu manager masih datang untuk membimbing mengerjakan all about restitusi pegawai dan pensiunan. Setelah semua prosedur dijalankan. Tahapan selanjutnya sebelum meminta tanda tangan kepala kantor di laporan restitusi tersebut adalah mengunjungi manager keuangan. Mencocokan segala macamnya dengan beliau. Jeng-jeng-jeng maju ke medan perang pun dimulai.

Well, awalnya sih kalau lihat sekilas manager keuangan ini nampak baik, dan lumayan ganteng lah. Tapi setelah bertemu dengan yang namanya sangkut-paut pekerjaan dan masalah mengeluarkan biaya … seriusnya bukan main, senyum tak ada dan berbicara penuh penekanan baru deh ada. Apalagi kalau ada salah ketik atau apalah. Terkadang mood-mood-an juga sih. Kalau lagi good mood ya ramah tamah bikin adem, kalau salah, coret sedikit dan di kasih keterangan apa yang harus dibenerin. Tapi … kalau lagi bad mood kerjaannya menumpuk … You know what? salah sedikit saja dikasih tanda silang super gede, tanpa keterangan salahnya di mana. Ya jadi harus teliti nyari sendiri. Kadang untuk menghibur jiwa yang stress diriku malah selfie-selfie sendiri *maafkan



Awalnya sih selalu takut kalau menghadapi akhir dan awal bulan. Sempat nggak betah juga dan ingin cepat-cepat bulan November dan kontrak kerja selesai. Tapi seiring berjalannya waktu. Malah jadi betah dan tetap ingin berada di sana. Apalagi kalau sudah mendengarkan percakapan ibu-ibu berpengalaman di sana, nyaman banget deh kalau kerja di lingkungan yang hampir sebagian besarnya ibu-ibu dan bapak-bapak. Sering juga dapet makanan gratisan.



Beradaptasi dengan lingkungan yang baru terutama lingkungan pekerjaan memang tidaklah mudah, kantornya asing, orang-orangnya asing dan pekerjaannya pun asing. Tapi seiring berjalannya waktu semua ketakutan itu sirna bahkan berubah menjadi sesuatu yang selalu dirindukan. Diriku yang pendiam, penakut dan pemalu ini setelah ditegur teteh senior di kampus yang kebetulan bekerja dibagian pelayanan pun akhirnya berubah menjadi diriku yang sering senyum dan menyapa duluan tanpa memperdulikan entah dibalas atau tidak. Juga diriku yang gemar mengunjungi bagian pelayanan di saat mereka tidak sedang melayani pengunjung *tukang ganggu.



Awal yang baru untuk sebuah pembelajaran hidup. Melihat bagaimana ketulusan mereka ketika bekerja. Sekalipun sedang banyak masalah ataupun sakit … senyuman itu selalu mengembang. Awal di mana mencoba ngetok resi pakai palu itu tidaklah mudah. Awal di mana membayar tagihan rumah sakit lewat transfer rekening bank itu menunggu antriannya tidaklah sebentar. Awal memahami di mana selisih satu rupiah pun bisa berakibat fatal. Awal di mana bobot tubuh bisa turun dengan dratis akibat ikut senam aerobik tiap bulan di kantor dan bolak-balik ke tempat fotocopy untuk memenuhi kebutuhan ATK di setiap bagian. 

lingkungan baru beradaptasi
Pipi mulai normal.

Sebuah awal di mana memiliki akhir yang indah dan tak terlupakan.

Blogspot ini diikutsertakan dalam Giveaway #AwalYangBaru kakira.my.id.

Tinggalkan komentar