Blogger Pun Bisa Memanfaatkan Co-Working Space

By Gemaulani

Hallo pekan ke tujuh belas! Nggak terasa ya. Dan setiap pekan, tema yang dilempar, rasanya nggak ada yang mudah buat aku #curcol. Kali ini temanya tentang “Apakah Bloger Perlu Memanfaatkan Co-Working Space?” Coba kamu yang baca tolong bantu jawab prok-prok-prok. Tapi dengan adanya tema ini, jadi tahu deh kalau Co-Working Space di Kota kembang ada banyak selain Bandung Digital Valley. Mungkin suatu hari nanti aku membutuhkannya. Siapa tahu bisa dapat jodoh juga di sana #maafgagalfokus #cumabercanda.

Co-Working Space, pernah mendengar istilah ini? Pernah, dari berita di televisi. Sebuah tempat di mana di dalamnya terdapat berbagai ruangan dengan desain yang berbeda-beda (terkesan homy dan santai), dan bisa digunakan bersama orang-orang dari latar belakang pekerjaan yang berbeda. Bahkan tak saling mengenal satu sama lain. Namun fasilitas yang ada sama lengkapnya dengan fasilitas kantor pada umumnya. Tak hanya untuk bekerja, biasanya Co-Working Space pun bisa digunakan untuk aktivitas meeting, seminar, pertemuan atau sekadar berdiskusi tentang pekerjaan.

Perkembangan Co-Working Space di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Mengingat bisnis Startup di Indonesia yang semakin banyak bermunculan namun belum memiliki kantor sendiri. Jika pada 2009 belum ada sama sekali, di bulan Februari tahun 2016, Indonesia sudah memiliki 34 Co-Working Space di berbagai daerah. Tapi tantangan membuat Co-Working Space nggak mudah lho, ada yang terpaksa tutup karena Co-Working Spacenya sepi peminat. Kenapa bisa begitu? Karena belum banyak yang paham tentang konsep Co-Working Space dan berpendapat tarifnya mahal.

Nah iya, sebagian besar Co-Working Space memang berbayar. Dari mulai pertiga jam perlima jam, perhari, perminggu, perbulan dan pertahun. Tapi, berdasar pengamatanku dari beberapa artikel yang dibaca, harganya tergolong murah kok. Masuk diakal. Secara fasilitas dan kenyamanan saat bekerja sebanding dengan tarif yang dibayar, termasuk fasilitas internet yang nggak lemot. Tapi beberapa Co-Working Space pun ada yang nggak bayar, gratis-tis-tis.

Dan, yang pertama kali punya ide mendirikan Co-Working Space di Indonesia adalah Yohan Totting (pendiri Hackerspace Bandung tahun 2010 bersama Reza Prabowo). Jadi, Yohan yang bekerja sebagai freelancer, ia bekerja di rumah, di kafe, dan tempat-tempat lainnya. Namun ini dirasa kurang efektif karena banyak gangguan di tempat-tempat tersebut, seperti diminta bantuan oleh keluarga, tidak bisa berlama-lama di kafe, hingga godaan bermain game.

Di kota Bandung sendiri, Co-Working Space semakin banyak lho. Beberapa di antaranya didukung oleh perusahaan dalam negeri. Ada Hackerspace Bandung, Bandung Digital Valley (BDV), Ruangreka, Co & Co Space, Co & Co Workshare, Freenovation, Digital Inovation Lounge (DILo), Work@, dan Eduplex.

Lalu perlukah Blogger memanfaatkannya? Kalau menurut aku sih tergantung kebutuhan masing-masing Blogger. Kalau dirasa perlu tempat kerja yang baru untuk memunculkan ide-ide tulisan yang keren, atau butuh tempat yang nyaman tanpa gangguan seperti yang diutarakan pendiri Hackerspace Bandung … bekerja di Co-Working Space salah satu solusinya. Selain itu, Blogger bisa memanfaatkan Co-Working Space ini sebagai tempat pertemuan dan diskusi dengan Blogger lainnya. Bisa juga membuka pintu rejeki yang lain, secara yang datang ke Co-Working Space orang-orangnya beragam kan.

Tapi kalau mau hemat, tetap multitasking dengan pekerjaan di rumah, dan cukup merasa nyaman bekerja dari rumah. Ya pilihan ada di masing-masing Bloggernya sendiri. Toh, ada yang tetap bisa produktif malah sangat produktif meskipun gangguan ada di mana-mana. Karena kecanggihan teknologi dan berkembangnya gadget-gadget yang memudahkan mengerjakan pekerjaan di manapun, kapanpun. Tapi nggak ada salahnya juga memanfaatkan kenyamanan dan fasilitas Co-Working Space. Toh bisa disesuaikan dengan kantong dan kebutuhan.

Sumber referensi dan gambar :
1. http://inovasipintar.com
2. http://teknojurnal.com
3. http://qubicle.id

Tinggalkan komentar