Cantik versi Gilang

By Gemaulani

Sebelum mendefinisikan cantik versi gilang, sebelumnya mau curhat dulu seputar masa lalu yang berhubungan dengan melakukan perubahan secara fisik.
Apabila cantik dikategorikan secara fisik dengan rincian seperti tinggi, langsing, berhidung mancung, kulit putih bersih, jemari lentik, rambut panjang lurus kinclong, alis tebal, bibir mungil tipis maka aku tidak akan bisa masuk ke dalamnya. Why? Cantikku biasa saja, cantik karena berjenis perempuan. Cantik karena Mama bilang begitu.

Melihat beberapa tahun ke belakang, tepatnya kelas tujuh (1 SMP) dengan postur tubuh pendek, berat badan yang selalu dibilang gendut (sampai jadi gemuk beneran), hidung pesek, rambut ikal. Tak ada cantik-cantiknya kan kalau kecantikan dinilai dari fisik *dulu nggak pedean orangnya. Sekarang? masih kok *gubrak.

 
Hingga pada suatu hari seorang cowok yang terkenal dengan kenakalannya di sekolah menyatakan perasaannya kepadaku. Dengan pipi merona merah, gugup serta perasaan yang bercampur aduk. Antara senang, bingung, sekaligus malu. Sebelum menolaknya, aku pernah menulis surat untuknya … memberikan beberapa pertanyaan kenapa dia menyukaiku.

“Kenapa kamu suka sama aku? Aku kan gendut, jelek, item blablabla, blablabla … mending kamu sama a,b,c,d,e,f, … z.”

“Aku maunya sama kamu. Kamu cantik, baik. Big is beautiful.” *maklum dulu lagi hits sinetron Big is beautiful yang Kimi jadi Sisil itu.

Seiring berjalannya waktu dan juga kenangan buruk dengan rambut ikalku yang mengembang. Pernah diteriaki kuntilanak saat menginap di rumah teman dan membangunkan dia dengan rambut yang lupa diikat terlebih dahulu. Akhirnya dua bulan setelah masuk SMK. Aku pun memutuskan untuk meluruskan rambut, tujuan sebenarnya bukan ingin rambut lurus … tapi ingin merasakan rambut terurai tanpa takut mengembang.

 
Selain meluruskan rambut, aku pun mulai memakai pelembab yang bisa membantu mencerahkan kulit. Setidaknya kembali ke warna semula *sawo matang. Maklum semenjak SMP itu aku memiliki tagline : “Pergi terkena embun, siang terkena sinar ultra violet.” Jadilah kulitnya agak gelap.
Inilah rambut setelah melakukan rebonding yang kedua (kelas 11). Ditambah dengan kulit wajah yang mulai cerah, saat itulah aku lupa diri. Aku menyakiti dua orang teman sekaligus. Merebut orang yang mereka sukai. Siapa aku? kenapa aku begitu tega melakukan hal itu kepada mereka? Kesalahan terbesar yang sangat sulit kulupakan dan sangat kusesali.

“Gak nyangka. Keliatannya pendiem, kenyataannya nggak. Udah kamu juga rebonding aja biar cantik!”
“Eh jangan deh, bagusan juga alami!”
Dengan mata berkaca-kaca berusaha menahan tangis, dan kata yang terbata-bata. Sekalipun aku membela diri. Tetap saja apa yang telah aku lakukan kepada mereka tidak bisa dibenarkan.
“Apa salahnya sih di rebonding? Aku juga pengen ngerasain punya rambut bagus, pengen punya banyak temen. Aku nggak mau jadi itik buruk rupa terus yang cuma kalian datengin saat kalian butuh. Aku juga pengen kayak kalian!”

Setelah hari itu selama berbulan-bulan kehidupanku di sekolah berubah seratus delapan puluh derajat. Aku dimusuhi oleh seluruh teman perempuan yang satu kelas saat kelas sepuluh. Dimusuhi satu teman perempuan di kelas sebelas. Diberi sindiran dan tatapan jijik saat jajan di kantin. Lengkap bukan? dan memang aku pantas mendapatkannya. Aku yang buruk hatinya dan aku yang ingin berubah menjadi orang lain.
“Keliatannya alim, nyatanya PMP. Pren makan pren!” itulah kalimat yang terngiang-ngiang di telingaku, hingga saat ini.
Beruntung akhirnya mereka mau memaafkan, meski kecil kemungkinannya untuk melupakan.

***
Dari kejadian itulah aku menyadari, akan lebih baik jika mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan. Entah itu jenis rambut, warna kulit dan apa pun yang sudah melekat pada diri kita sejak lahir. Karena ketika aku mengubah sesuatu, orang lain tak lagi mengenaliku … bahkan aku sendiri pun sudah tak lagi mengenali diriku sendiri. Kita tak perlu mengubah, cukup menjaga dan merawat apa yang sudah diberikan … persis seperti kata mba Putri.
Cantik bukan hanya perkara fisik, tapi juga pemikiran, dan hati. Bagaimana kita bersikap kepada lingkungan sekitar, seberapa jauh pengetahuan yang kita miliki dan dengan ikhlas membaginya kepada orang lain. Tengoklah pemilihan wanita tercantik di dunia entah itu miss universe, miss world atau pun miss international. Iya sih tinggi, semampai … kebanyakan kurus sih. Tapi warna kulit tak harus putih, rambut tak harus lurus dan penilaiannya bukan cuma dari fisik … tapi juga dari kecerdasannya.

Cantik itu relatif, seperti halnya kita menilai lawan jenis. Ganteng juga relatif, tergantung perasaan yang kita miliki terhadap orang tersebut. Tergantung bagaimana kita menilai orang lain. Kalau bahasa sunda nya mah “Lain geulis/kasep nu mawa bogoh. Tapi resep nu mawa geulis/ kasep (bukan cantik/ganteng yang membawa rasa cinta. Tapi rasa suka yang membawa cantik/ganteng)
Lagi pula, jika setiap perempuan memiliki bentuk fisik yang sama … wajah yang sama. Bukankah kehidupan ini akan monoton?

Seorang teman pria saat SMP pernah berkata begini :

“Gilang, kamu bagusan rambut galing (ikal) deh daripada di lurusin.”
Meskipun terlambat menyadari dan masih melakukan rebonding sampai bangku perkuliahan di semester 1.
Dan definisi cantik menurutku adalah, mensyukuri apa yang Tuhan berikan, percaya diri, nyaman dengan apa yang kita kenakan, tidak berusaha menjadi orang lain (jadilah diri sendiri), Mampu menyesuaikan diri dan menjadi orang yang menyenangkan untuk orang lain. Dan inilah aku yang sekarang, yang nyaman keluar rumah menggunakan kerudung.

 
Jadi, cantiklah dengan caramu sendiri. Kalau kata Cherrybelle mah “You’re beautiful, beautiful, beautiful. Kamu cantik, cantik dari hatimu.” Buatlah mereka jatuh cinta bukan hanya dengan kecantikan fisik, tapi juga kecantikan hati. Kecantikan fisik bisa berubah seriring berjalannya waktu. Tapi kecantikan hati tak akan pernah dilupakan. Biarlah orang berkata apa yang penting Mama selalu tulus mengatakan kalau putrinya cantik. 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam mini giveaway PutriKPM”

cantik versi gilang

Tinggalkan komentar