Halo gengs, apa kabarmu hari ini. Kalau aku baik-baik saja, dan ingin bercerita. Jadi sejak Akhir September 2019 aku iseng bikin akun gitu di salah satu situs online dating. Penasaran aja sih gara-gara baca sebuah artikel di blog mba x (serius lupa baca di mana) yang menyarankan beberapa situs dan juga aplikasi online dating yang bisa dicobain. Kalau dapet jodoh beneran ya enggak pa-pa juga, alhamdulillah . Entah kenapa aku sampai saat ini belum tertarik nyoba tinder ataupun Badoo dan aplikasi lainnya. Kasian memori ponselku yang udah lemah ini eh penuh.
Jadi yang pertama kali kucoba adalah Asian Dating, habis daftar langsung kuanggurin. Eh pas mau login ada penawaran gabung di yang masih satu server gitu. Indonesian Cupid dan Muslima. Yang dua ini lebih rame ternyata. Baru daftar aja udah ada yang ngirim pesan. Dari yang cuma sekadar say hi, nanya nama, tinggal di mana, sampai nanya nomor whatsapp, malah ada yang langsung nyimpen nomornya sekalian di pesan.
Dari yang kuamati, banyaknya itu mas-mas yang berasal dari India, Pakistan, Arab dan Bangladesh. Yang mana udah banyak artikel yang membahas kalau sebagian besar pria yang berasal dari negara-negara tersebut banyaknya scammer aka tukang tipu. Sebagiannya lagi dari Malaysia, Inggris, dan Denmark. Ya, walaupun mereka masih keturunan timur tengah gitu lha dari wajah-wajahnya. Tapi walaupun ketemu tukang tipu ku enggak akan bisa nolongin dia soalnya :
//Aku tak punya bunga, aku tak punya harta …// – Andmesh
Sekian banyak yang ngirim pesan, enggak semua aku balas tentunya. Aku menuruti saran artikel mba x, yang mana dia kalau balas pesan dilihat dulu mas-masnya member berbayar atau setidaknya profilnya jelas dan lengkap. Lalu perhatikan juga bahasa Inggrisnya. Scammer cinta biasanya mengandalkan pujian-pujian yang terlalu manis dan bahasa Inggrisnya kebanyakan hasil translate. Bener kok banyak yang ngirim pesan isinya menyanjung, sweet ladies lha, sexy lha (seksi dari mananya ya mohon maaf), beautiful (bener sih kan aku perempuan bukan laki-laki), baby, dear, sweet heart, dan lain-lainnya.
Akhirnya ada beberapa yang sampai ngobrol di whatsapp gitu lha. Ada mas-mas usia pertengahan kepala 3 yang katanya asli India tapi kerja di Dubai (ku stalking facebooknya sih ya ada jejak-jejak dia kerja di Dubai). Lalu mas-mas berkepala plontos agak kebule-bulean yang kerjaannya ngajar bahasa Denmark tapi dia masih keturunan Irak. Lalu mas-mas yang katanya pengusaha tinggal di Inggris. Ada juga yang berasal dan kerja di Dubai. Ada mas-mas Pakistan yang kerja di Malaysia. Ada juga yang seumuran sama aku, dari dan kerja di Pakistan.
Itu dari yang situs muslima, kalau yang situs Indonesian Cupid adanya aa-aa ti Sumedang yang kerja di Bandung. Ya, namanya juga Indonesian Cupid, ya banyaknya orang Indonesia, ada juga sih orang luar Indonesia. Lalu dedek dari Makassar. Yang lanjut ke whatsapp maksudnya. Yang gantung di situs sih banyak. Hahaha. Dari mulai yang katanya akhir desember ada kerjaan di Bandung, sampai ada mas-mas Arab yang mau menghabiskan akhir tahun kemarin di Bali, terus kalau ku bersedia menemani, ku akan dibayar. Hiih aku merinding sendiri walaupun mungkin aja maksudnya dia itu jadi pemandu wisata ehehe
Semua mas-mas dari muslima yang chat di whatsapp itu bahasa Inggrisnya rapi, eh maksudnya bagus kalau menurut aku yang justru bahasa Inggrisnya belepotan parah ini. Seketika menyesal suka enggak serius pas mata pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris. Sekarang sungguh ku ingin les bahasa Inggris tapi belum punya cuannya euy. Bukan karena mau cari jodoh orang luar Nagreg eh luar negeri, tapi lebih kepada butuh juga buat mendukung pekerjaan dan biar pas nonton film berbahasa Inggris ku enggak repot nunggu subtitle Indonesianya.
Semua mas-mas yang chat di whatsapp itu beda-beda wataknya dan kebiasaan ngechatnya. Ada yang ngechat sekali lalu menghilang, eh lebih tepatnya sebulan kemudian baru ngechat lagi. Ada yang nanya kebiasaan pas lagi pacaran (aku sampai lupa kapan terakhir punya pacar), lalu kujawab ya biasa aja, ngerjain tugas bareng, dianter pulang, sampai nonton doi futsal. Lalu masnya langsung bilang, maaf kita enggak cocok, saya enggak suka perempuan yang terlalu taat. Jujur, aku mendingan yang ngaku begitu daripada mulanya chat biasa, berlanjut ke video call, lalu ngomongin masalah kebutuhan orang dewasa atau aktivitas jelek. Yang awal-awal aku maklumin, tapi lama-lama jadi apaan sih, biar kata umurku udah 25 plus tapi kan enggak nyaman aja rasanya. Lama-lama jadi annoying. Biar kata dia ilmu agamanya bagus, bahasa Inggrisnya bagus, bisa banyak bahasa, ya jadinya malesin juga.
Ada juga yang tiba-tiba ngeblokir tanpa tahu salahku apaan. Ya udah lah bodo amat. Yang baru dua kali video call terus nanya aku suka sama dia atau enggak juga ada. Asli atuhlah baru juga kenal bentar, mau sukanya kayak gimana coba. Sungguh lieur, akhirnya aku bales sekenanya dan dia menghilang. Lalu yang paling nyambung eh maksudnya mendingan itu adalah yang seumuran. Dia dari Pakistan. Awalnya kayak kanebo kering gitu sih aka kaku. Ternyata lama-lama kocak juga anaknya teh. Dia kerja di Bank sambil lanjut S2 cenah.
Bahasa Inggris dia enggak sebagus mas-mas India yang suka benerin grammar dan pelafalanku entah chat, telepon atau video call. Tapi, jelas lebih bagus dari aku yang apa atuh suka buka google translate dulu wkwkwk. Terus dia kalau ngomong cepet banget, sampe kuulang-ulang dia lagi ngucap apaan (rekaman audio) sebenernya biar bisa kutanggapi. Kalau lewat video call atau telepon sih suka aku minta ulangi kamu ngomong apa, aku enggak denger. Padahal ku sedang mencoba menerjemahkan. Astaga jadi inget film Thailand London Sweeties (2019) yang mbak-mbak Thailand gak bisa bahasa Inggris. Bedanya aku mah masih di Indonesia eh di Nagreg hahaha.
Dari pengalaman chat sama mas-mas luar Indonesia, mereka itu enggak mempermasalahkan mau nama aku yang kayak laki-laki (karena udah biasa kan di luaran sana). Enggak akan ngechat yang isinya basa basi ngingetin hal-hal yang enggak usah diingetin karena udah kewajiban juga kebutuhan (makan, sholat, dll). Semakin bertambah usia, ditanya atau diingetin begitu kadang jadi males aja gitu. Sejauh ini enggak nemu yang neror lewat chat tiap waktu (maksudnya dari pagi, siang, sore sampe malem say hi good morning, etc).
Mereka juga ada yang tipenya suka pamer kekayaan, ada yang pamer kesederhanaan. Walaupun yang sederhana ini pas dia tur di dalem rumahnya, rumahnya dua kali lipat rumah ibu-bapakku. Di kamarnya aja bisa ada kursi sofa. Ada juga yang pamer foto jalan-jalannya yang udah sampai ke pulau komodo (atuhlah aku juga ingin keliling Indonesia, keliling dunia wkwkwk) Sebagian besar enggak aktif di media sosial. Yang seumuran aku sih dia profil Linkedln ada, cuma kalau media sosialnya emang jarang digunakan buat unggah-unggah foto apalagi update status enggak penting kayak aku hahaha. Mereka juga enggak akan mentertawakan bahasa Inggris yang belepotan (jadi aku enggak sungkan buat ngomong walau susunan kalimat ataupun pelafalannya amburadul). Jadi lumayan buat belajar bahasa Inggris dikit-dikit.
Eh ya kejutan banget dong salah satu kenalan di situs online dating Indonesian Cupid, itu orangnya di kehidupan nyata ternyata pernah kerja sama dengan salah satu penulis yang bukunya kebetulan pernah aku review juga di blog ini. Ada informasi yang bikin aku sedikit kaget walaupun sebenarnya aku udah pernah mikir gitu di awal. Jujur, aku anaknya kadang suka suudzon emang. Enggak ingin nanya juga karena itu ranah pribadi ya. Jadi aku memutuskan untuk jaga jarak biar aman (seperti tulisan di mobil yang latihan nyetir).
Di situs online dating sendiri tentu setiap orang punya maksud dan tujuannya sendiri. Jadi beragam, sama aja sebenarnya kayak di kehidupan sehari-hari. Enggak bisa memastikan juga yang mereka tulis itu bener atau hanya sekadar informasi hasil mengarang cerita. Mereka jauh gak ada dihadapan. Yang dekat aja kadang masih suka ya begitulah. Aku sih yang penting bukan akunya yang nulis informasi bohong. Terus, yang penting kalau pengen aman ya waspada aja mau di manapun itu. Kalau udah waspada tetep terjadi yang enggak diharapkan, itu mah lain lagi ceritanya, takdir yang enggak bisa ditolak. Kalau ada yang sampai berjodoh, menikah, punya anak dan bahagia, ya itu bonus, udah takdirnya ketemu jodoh lewat perantara situs online dating.
Jadi, ada yang pernah nyobain situs online dating juga, enggak? Gimana tuh pengalamannya. Atau pakainya yang aplikasi.