#DukungGERMAS : Karena Sehat Tak Bisa Dibeli

By Gemaulani

Kadang, selalu ada alasan untuk menunda-nunda sesuatu. Yang pada akhirnya membuatku menyesal. Termasuk menunda-nunda untuk menerapkan gaya hidup sehat. Yang pada akhirnya menyesal setelah sakit. Tapi, semenjak seminggu yang lalu, aku sepenuhnya sadar dan nggak mau terus-terusan menunda. Karena sehat nggak bisa dibeli.

Dok. Pribadi

Jumat, 21 April 2017

Untuk pertama kalinya aku menjejakan kaki di Hotel Bidakara Savoy Homann, Bandung. Dalam rangka mengikuti acara Temu Blogger Kesehatan 2017 ( Wujudkan Indonesia Sehat Melalui GERMAS dan Pendekatan Keluarga) yang diselenggarakan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Dihadiri oleh kurang lebih 40 blogger dari Bandung, Cianjur, Indramayu, Purwakarta, Cirebon dan Garut. Di sini aku merasa beruntung sekaligus bersyukur bisa turut hadir.

Dok. penjajakata.com Narasumber : dari kiri ke kanan (Indra Rizon) (drg Oscar Parmadi MPH) (Nina Manarosa) (Uus Sukmana )

Rasanya seperti di tampar bolak-balik (disadarkan) saat mendengarkan pemaparan materi oleh narasumber : drg. Oscar Primadi MPH (Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI), Indra Rizon (Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Kemenkes RI), Uus Sukmana (Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat), Nina Manarosa (Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung) tentang pola gaya hidup tidak sehat sebagai penyebab meningkatnya penyakit tidak menular (PTM). Serta pentingnya GERMAS.

Stroke, diabetes, obesitas, kanker paru-paru, dan sakit jantung. Penyakit yang akhir-akhir ini sering kudengar. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit tidak menular (PTM) dan seharusnya bisa dicegah. Tapi pada kenyataannya, penderita PTM justru meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, dibandingkan penyakit menular, saat ini, PTM justru menjadi penyumbang angka kematian terbesar dan jumlah penderitanya di atas 50%.

Kenapa bisa begitu? Karena pola gaya hidup masyarakat yang berubah. Pola gaya hidup yang tidak sehat. Dari mulai malas bergerak, jarang mengkonsumsi makanan beserat, suka goreng-gorengan, junk food dan masih banyak lagi. Dan ini aku banget lho sebelumnya (kecuali merokok, minum alkohol dan minuman bersoda). Karena sejak 2012, udah jarang beli minuman bersoda. Sekarang apalagi, nggak suka. Lebih suka yogurt. Kalau badan melar ya akibat itu, malas gerak, olahraga kadang-kadang, makan junk food dan gorengan.

Dok. sehatnegeriku.kemenkes.go.id

Nah udah tahu kan kalau pola gaya hidup begini tuh salah, jadi jangan pura-pura nggak tahu lagi ya! Segera diubah dan #DukungGERMAS. Eh dari tadi bilang GERMAS terus tapi belum dibahas GERMAS itu apa ya?

Jadi, GERMAS itu singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang artinya :
Dok. sehatnegeriku.kemenkes.go.id
Nah, nggak boleh dipaksa ya. Harus berdasarkan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat. Tapi mengingatkan mah boleh dong, harus malah. Biar lambat laun nggak cuma diri sendiri yang sehat, tapi meluas ke keluarga dan lingkungan. Aku sendiri udah mulai nih mengingatkan Mama untuk mengurangi jajan gorengan. Untuk bentuk kegiatan dari GERMAS nya sendiri, ya itu … kebalikan dari pola gaya hidup nggak sehat :

Dok. sehatnegeriku.kemenkes.go.id
Tuh, mudah kan untuk memulai hidup sehat. Untuk fokus kegiatan GERMAS di tahun 2017 ini ada tiga : Melakukan aktivitas fisik, minimal 30 menit sehari. Di rumah bisa dengan cara membersihkan rumah, mencuci secara manual, dan masih banyak lagi. Di sekolah bisa dengan senam peregangan, dan bermain. Di perjalanan bisa dengan cara jalan kaki (oh ya, minimal kita jalan kaki 10.000 langkah lho perhari), pakai tangga bukan lift, atau memanfaatkan waktu saat terjebak kemacetan yang luar biasa. Aku sendiri udah mulai menghitung langkah nih perhari. Caranya, kalau yang punya smartwatch ya diberdayakan smartwatchnya. Kalau nggak punya, bisa download aplikasinya di playstore. 

Dok. Pribadi
Kemenkes RI sendiri punya ritual khusus setiap jam 10.00 dan 14.00 lho di tempat kerja. Ritual melakukan senam peregangan. Senam yang ringan, nggak pake lama, dan bisa mengembalikan konsentrasi yang hilang karena mengantuk. Dan para blogger dalam acara ini sudah mencobanya. Ini dia nih link video di youtubenya.

Yang dicoba oleh para blogger senam peregangan di atas. Tapi Kemenkes RI punya senam peregangan yang lainnya lho. Coba cari aja di youtube ya.

Fokua kedua mengkonsumsi buah dan sayur. Ini juga gampang banget dan aku suka. Selain sehat, di sisi lain bisa meningkatkan penjualan sayur dan buah-buahan dari petani lokal dong. Bahkan buah macam pisang , mangga, dan pepaya bisa ditanam sendiri kalau ada lahan kosong di rumah. Lumayan, mengurangi biaya beli buah-buahan.

Fokus ketiga Memeriksa kesehatan secara rutin. Ini yang PR banget. Masalahnya kebiasaan sebagian besar masyarakat, termasuk aku, periksa ke dokter, klinik, puskesmas, dan rumah sakit itu kalau udah sakit kan. Nah, itu pemikiran dan tindakan yang salah. Harusnya memeriksa kesehatan itu sebelum sakit, rutin, enam bulan sekali. Sayangnya sebagian besar masyarakat takut saat memeriksakan kesehatannya. Kenapa? Takut dibilang sakit ini-itu banyak sekali. Padahal itu bagus lho. Iya, kita jadi tahu kan punya penyakit apa dan harus berbuat apa supaya nggak semakin parah. Lebih baik mencegah sebelum parah daripada mengobati dan harus di rawat inap. Biayanya nggak murah. Belum lagi kalau rumah sakitnya penuh. Lalu, apa aja sih yang harus di cek? Ini dia :

Dok. sehatnegeriku.kemenkes.go.id
Yuk #DukungGERMAS mulai dari sekarang. Karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kalau sehat mah udah pasti bisa produktif dan nggak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat. Karena sehat nggak bisa dibeli. Iya, sakit itu berlaku untuk semua kalangan tanpa terkecuali. Pun sehat.

Dalam acara Temu Blogger Kesehatan 2017 juga, pada sesi kedua dihadirkan pembahasan mengenai “Mengulik Bahasa, Memaksimalkan Nilai Blog,” oleh Anwari Natari (Mas Awai). Dibuka dengan pertanyaan : “kalau novel dijadikan film, lebih suka yang mana?” Hampir seluruhnya menjawab novel. Kenapa? Karena sebagian besar novel yang keren itu deskripsinya kuat. Dan ini bisa diterapkan juga dalam menulis blog. 

Dan yang aku catat, kemudian aku garis bawahi itu tentang tantangan menulis. Ya, tantangan menulis di era teknologi canggih itu : “harus dibiasakan menulis kalimat jangan panjang-panjang.” PR banget buat aku. Dan cara mengetahui terlalu panjang atau tidaknya sebuah kalimat itu “jangan cuma dibaca tapi dibacakan.” Kalimatnya pun harus jelas, nggak ambigu. Karena pekerjaan menulis adalah pekerjaan melayani pembaca.

Dok. Twitter @KemenkesRI
Kesimpulannya, ubah kebiasaan dengan men #DukungGERMAS untuk meningkatkan kualitas hidup dan benahi blognya supaya pembaca betah #bicarapadadirisendiri.

Tinggalkan komentar