Aku tengah bersedih hari itu. Sedih karena mengetahui bahwa ayahku telah berbohong. Di dalam pesawat, aku menutupi diriku dengan selimut agar bisa menangis sepuasnya. Dan kau, kau selalu ada di sampingku, berusaha menenangkanku. Berjanji akan selalu ada untuk menemaniku. Entah kenapa, aku jadi berharap kau lebih dari sekadar sahabatku. Ya, aku berharap kau menjadi kekasihku. Sayangnya kau justru menyatakan kau sangat mencintaiku sebagai sahabat … dengan berderet alasan lainnya yang sungguh mainstream. Namun pada akhirnya membuatku sedikit menjaga jarak denganmu untuk beberapa waktu.
Menjadi sahabat saja sudah bagus, bukan …
Begitulah mungkin kira-kira perasaan Gink (Baifern) terhadap Palm (Naphat Nine) kala itu. Saat mereka masih SMA dan Gink berada dalam kekecewaan terhadap ayahnya. Kalau dilihat dari raut wajah Palm sih aku mikirnya dia bukan kurang peka tapi lebih ke dia sebenarnya punya perasaan yang sama terhadap Gink. Cuma takut merusak persahabatan mereka. Akhirnya ku gemes sendiri. Karena jujur ku pernah merasakan yang namanya suka sama orang, orangnya suka sama temen, begitu ku mati-matian supaya enggak suka sama itu orang, orangnya malah bilang suka. Tapi kumenolak dengan alasan lebih baik temenan aja biar enggak pernah putus. Padahal dalam hati nangis bombay. Bedanya aku dan dia enggak bersahabat …
Terjebak Friend Zone itu seperti berada dalam penjara
Film ini alurnya maju–mundur-maju-mundur enggak pakai cantik ya, nanti jadi lagu soalnya. Banyak kilasbaliknya. Dimulai dari Gink membuntuti ayahnya di tahun 2009 terus loncat ke 2019 di mana Palm menceritakan kisah Friend Zonenya ke tiga pria yang bernasib sama. Ceritanya Palm menemai Gink ke pesta pernikahan gitu. Dari situ balik lha ke 2010 dan mulai diceritakan panjang di tahun 2017 waktu Gink dikhianati cinta oleh pacarnya. Gitu aja terus bolak-balik sampai endingnya membuatku menangis sekaligus ketawa karena semua orang jadi sibuk mencari cincin pernikahan yang terlepas dari empunya.
Sumber : Tangkapan layar di aplikasi HOOQ |
Palm yang akhirnya berprofesi sebagai pramugara ini setia banget lho sama Gink meskipun dia sering gonta-ganti pacar sampai Gink bilang dia playboy. Ya gimana, di saat Gink butuh dia selalu siap menemani Gink sekalipun harus terbang ke negara lain demi Gink yang akhirnya punya pacar baru seorang musisi sekaligus produser musik di mana Gink jadi managernya. Pacar Gink sedang menggarap sebuah lagu tapi yang penyanyinya enggak cuma dari Thailand aja, tapi juga perwakilan penyanyi-penyanyi cantik jelita dari beberapa negara Asia : Malaysia, Myanmar, Kamboja, Hongkong, Vietnam, Philipina, Laos, China dan Indonesia yang diwakili oleh Audrey dan Cantika. Sekaligus jadi cameo juga mereka di sini. Tapi Gink curiga waktu dia sakit dan enggak bisa menemani pacarnya keliling dari satu negara ke negara lainnya, si pacar selingkuh.
Buatku film ini bikin baper iya, karena nyatanya Friend Zone emang menyiksa. Terus komedinya juga dapet, enggak terkesan dipaksakan dan enggak jorok kayak beberapa film Thailand yang pernah aku tonton dan mengandung unsur komedi. Apalagi pas di Hongkong terus Gink melakukan hal tak terduga. Di satu sisi ku ingin ketawa, di sisi lain ikutan khawatir. Terus ada kayak bagian Palm membayangkan melempar sesuatu sambil marah ke pacarnya Gink, ini asli deg-degan tapi akhirnya jadi lucu. Terus waktu Palm mengganti lirik lagu dengan liriknya sendiri tentang Gink. Gemes deh.
Cuma ya, aku kecewanya ada bagian-bagian yang enggak digali lebih dalam gitu. Kayak gimana akhir dari hubungan antara ayah dan anak (Gink), terus latar belakang keluarganya Palm. Tapi sepertinya Palm ini walaupun emak sama bapaknya pisah, orang tuanya kaya raya. Ya gimana, masih SMA punya mobil sendiri, terus uang di rekeningnya aja bisa buat beli tiket pesawat ke Chiang Mai, waktu Gink menyelidiki ayahnya. Dan sebagian besar keindahan tempat-tempat yang dipakai sebagai latar juga jadi terasa numpang lewat aja.Tapi walaupun begitu aku tetap suka film ini karena menghiburku dengan candaan recehnya.