Tidak terasa setengah tahun lebih di 2020 sudah terlewati.
Rasanya waktu begitu cepat berlalu.
Rasanya baru kemarin ada yang menyapa lalu tiba-tiba pergi.
Ya, seperti itulah yang terjadi pada diriku.
Semua orang berlalu-lalang sesuka hatinya.
Tanpa peduli apa yang mereka tinggalkan
Luka, luka yang kecil.
Luka yang tak berdarah namun sakitnya lebih parah.
Ah, inilah akibatnya jika aku menjadi manusia yang terlalu perasa.
Atau malah terlalu mudah mengagumi seseorang.
Jadi sebenarnya bukan salah mereka yang pergi.
Tapi aku yang terlalu berharap. Pada sesuatu yang semu.
Pada bayangan yang sudah jelas tidak akan membentuk apa pun.
Kau tahu, di penghujung bulan Juli kemarin aku menangis hebat.
Tangis yang bisa dibilang seperti hujan di tengah kemarau panjang.
Aku kecewa, pada siapa.
Pada diriku sendiri yang tak mampu memenuhi harapan orang-orang di sekitarku.
Pada diriku yang mungkin progres dalam hidupnya sangat lambat.
Lebih lambat dibandingkan siput berjalan.
Hingga membuat orang-orang merasa gemas dan berusaha untuk selalu mengingatkanku.
Mengingatkanku pada hal yang justru membuatku kembali berpikir negatif.
Kembali membandingkan diri dengan orang lain, setidaknya yang sebaya denganku.
Menyalahkan diri sendiri, marah pada diriku sendiri.
Marah yang tak bisa kukeluarkan sepenuhnya.
Marah yang pada akhirnya berubah menjadi hujan air mata.
Hujannya lebat.
Hujannya berlangsung cukup lama.
Hujan yang menyadarkanku bahwa aku juga lelah.
Aku juga ingin sekali saja dalam hidupku bisa memenuhi harapan orang lain.
Aku juga ingin mendapatkan segala hal yang kumau tanpa mengecewakan orang lain.
Aku ingin semuanya berjalan seperti inginku.
Sayangnya tak bisa begitu.
Hello August, can you bring me to another place?
Bisakah bulan kelahiranku ini membawaku pada hal-hal menyenangkan?
Yang bisa mengobati semua luka kemarin.
Aku harap Agustus bisa melakukannya.
Aku berharap aku bisa menjadi versi diriku yang lebih baik.
Aku berharap semoga apa pun yang belum selesai bisa kuselesaikan secepatnya dan sebaik-baiknya.
Tak lupa ku berterima kasih pada bulan-bulan sebelumnya, juga pada DIA yang selalu punya skenario tak terduga untuk hidupku.