Judul : Hijrah Hati di Senja Copacabana, Scappa Per Amore 2
Penulis : Dini Fitria
Penyelaras Aksara : Naufal, Aulia Nur Rahma
Penyunting : Rina Wulandari
Penata Aksara : Abd. Wahab
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : Cetakan pertama, Agustus 2014
Tebal : 334 Halaman
Harga : Rp. 54.000,-
ISBN : 978-602-1306-01-7
Hallo, selamat dini hari …. selamat untukku yang mulai insom lagi sejak awal Februari. Kali ini aku datang untuk me-review, mungkin lebih tepatnya berpendapat tentang novel karya Dini Fitria, novel yang kubeli Agustus tahun lalu. Sejujurnya aku nggak niat beli novel ini, niatnya mau beli novel terbitan teen noura untuk ikutan lomba yang sedang berlangsung. Dan ternyata aku salah beli, ini novel terbitannya noura books, kakaknya teen noura. Ya sudahlah akhirnya gak jadi ikutan lomba. tapi aku nggak nyesel, soalnya ini novel isinya bagus, banyak pencerahannya.
***
Sinopsis
Andai aku tidak pergi ke Eropa, pasti aku bisa mendampingi Mama di hari-hari terakhirnya.
Sesal dan kehilangan telah menghapus senyum Diva. Selama beberapa minggu di kampung halamannya di Tanah Minang, Diva berupaya mengenang sekaligus belajar melepaskan. Namun, waktu tak menanti duka. Diva harus kembali bertugas.
Dikuatkannya hati menempuh tiga puluh lima jam perjalanan ke Amerika Latin. Hangatnya mentari menemaninya menjelajah Argentina, Meksiko dan Brasil. Semangat kelompok Muslim minoritas di tiga negara itu seolah-olah menularinya. Diva belajar makna kekuatan dari penari Tango, kasih sayang dari sebuah keluarga Indian, dan makna perjuangan dari para pemain sepak bola Muslim di sana.
Bertualang memang tak pernah mudah. Namun, dalam perjalanan kali ini, tantangan terbesar yang dihadapinya justru datang dari sosok yang ditemuinya saat di kampung halaman, pria dari masa lalu.
Baiklah, aku jadi penasaran akibat kalimat pertama pada sinopsisnya “Andai aku tidak pergi ke Eropa, pasti aku bisa mendampingi Mama di hari-hari terakhirnya.” Apalagi aku belum pernah baca Scappa Per Amore-nya yang sepertinya saling berkaitan *mungkin loh yaaa …
Sampulnya pun menarik untuk dipandang, perpaduan antara warna, tulisan dan gambar-gambarnya pas. Bahasa yang digunakannya pun ringan dan mengalir, bahkan sarat akan makna dan membuatku terseret masuk ke dalam perjalanan hidup Diva yang harus kehilangan ibunya, tokoh utama dalam novel ini. Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Alurnya maju-mundur namun tidak membingungkan. Sama halnya seperti Novel Tere Liye yang terakhir kubaca “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.” Novel yang sama-sama bikin nangis bombay. Bedanya novel Dini Fitria ini kubeli sendiri bukan hasil minjem. hehehehe
Pada beberapa bab awal, setiap kalimat yang kubaca membuat aku merasakan kepedihan yang dirasakan Diva. Dia harus bertemu kembali dengan pria di masa lalunya, Ayahnya. Pria yang mengguratkan masa lalu kelam dalam kehidupannya. Tapi kalau boleh jujur ada beberapa paragraf yang terlalu panjang, membuatku sedikit merasa bosan pada awalnya.
Tapi seiring perjalanan liputan Diva yang bekerja sebagai reporter televisi ke beberapa negara di Amerika Latin : Argentina, Meksiko, dan Brazil, kejenuhan itu pun memudar dan semakin membuatku penasaran. Liputan tentang kaum muslim yang menjadi minoritas di antara kaum mayoritas non muslim . Lalu apa saja yang dialami Diva selama perjalanannya di Amerika Latin? Akankah pengalaman luar biasa yang didapatkannya mampu memaafkan kesalahan yang telah dilakukan Ayahnya? Temukan jawabannya di novel ini. Aku recomended kalian buat baca novel ini deh, serius gak akan nyesel.
Ada banyak quotes yang aku suka di dalam novel ini, tapi ada lima yang paling aku suka alias suka banget.
“Jangan menyesali hidup. Itu namanya tidak mensyukuri nikmat. Ada orang yang lebih susah dan menderita dibanding kau. Orang hebat itu tidak dilahirkan karena kesenangan, tapi kesulitan dan penderitaan.”-Maktuo … Hal 17
“Aku selalu ingin tampil sempurna dan memperjuangkan keinginan banyak orang, sehingga aku lupa pada keinginanku sendiri” – Mesquita … Hal 294
“Menutrisi jiwa tanpa campur tangan orang lain” – Mesquita … masih di halaman yang sama.
“Sebenarnya kekecewaan ataupun kesedihan yang kita rasakan, sebagian besar datang dari kesalahan diri sendiri. Kita terlalu banyak berharap pada orang lain, sedangkan orang lain juga punya harapannya sendiri. Meski pahit, aku selalu percaya , ada maksud baik Tuhan pada setiap duka yang kurasakan” – Maria … Hal 314
“Hidup ini ibarat menulis sebuah buku. Tak penting seberapa bagus dan menarik cerita yang telah kamu tuliskan, tapi seberapa besar usahamu mengambil hikmah dari lembaran sebelumnya. Selama hidup, kita akan terus belajar. Aku percaya Tuhan ingin mengajarkan sesuatu yang memang tak bisa kumengerti sekarang, tapi kelak akan kusyukuri. Makanya aku berusaha tidak menyesal dan mengeluh atas semua yang sudah terjadi.” – Maria … Hal 316
Dan quotes penutupnya yang paling-paling-paling aku suka 🙂
“Aku akan terus benderang meski tak selalu bersinar terang.”
Mungkin cuma ini yang bisa aku sampaikan pagi ini. Selamat merasa penasaran. Besok akan ku sambung dengan ulasan tentang novel Past & Curious-nya Agung Satriawan. Kalau jaringan internetnya nggak ngambek 🙂
Thanks,