Ya kan, hidup mah bergerak maju nggak mundur. Kalau mundur mah mungkin aku sama kamu bisa bersanding di pelaminan #justkidding. Nggak, maksudnya kalau bergerak mundur mah ya nggak bakal ada kemajuan atuh. Teknologi pun semakin ke sini semakin canggih. Ya iyalah, kalau dulu hape cuma bisa telpon dan sms, sekarang bisa dipake ini-itu, termasuk ngeblog. Iya ini aku nulisnya lewat hape, jadi kalau banyak typo maafin ya.
Nah, kalau teknologi udah canggih, nggak salah dong dipakai untuk hal yang bermanfaat, termasuk dalam hal moda transportasi umum. Yaelah Gilang mah mau bahas transportasi berbasis online aja muter-muter dulu #maafya.
Aku termasuk yang pro sama keberadaan transportasi online, terkhusus ojek sama taksinya. Iya, di beberapa kota besar di negeri ini, layanan transportasi online kan nggak cuma ojek sama taksi aja. Kayak vendor Go- kan ada buat pesen makanan, bersihin rumah, ngemakeupin orang, sampai buat pindahan aja ada. Lengkap.
Kenapa aku pro sama transportasi online? Hmm, bukannya nggak peduli sama mang angkot, ojek pangkalan ataupun taksi konvensional ya. Aku termasuk angkoters, suka naek ojek, kadang naik taksi (kalau kepepet dan kebetulan ada uangnya, tapi ka to the pok sih sama salah satu taksi di Bandung, atit hati dedek mah) kok. Suer deh! Siapa? Yang nanya *eh. Aku pro sama transportasi online, karena di satu sisi jadi lapangan kerja baru, di sisi lain memudahkan yang nggak punya kendaraan pribadi, nggak tahu arah jalan pulang rute tujuan (walau nyatanya ada juga driver yang nggak tahu rute), butuh cepet dan ongkosnya pas-pasan (ini mah aku aja mereun).
Dan selama memakai jasa transportasi online (ojek dan taksi (baru sekali pas promo dan ternyata jaraknya deket #akupangatahu) dari salah satu vendor, sebut saja Uber (eh keceplosan). Aku beberapa kali pake transportasi online di Bandung, sekali di Bogor. Kenapa dari sekian banyak (sempet googling, ada artikel top 10, aku mah tahunya Go-Jek, Grab bike sama Uber motor) aku pilih Uber? Selain karena warnanya biru #alasanmacamapaini , aku pilih Uber karena ukuran aplikasinya cukup kecil mulanya. Secara hape aku memorinya nggak banyak. Iya, awalnya sempet instal go go an.
Alhamdulillah ya, selama pake Uber, nyaman dan aman-aman aja (kecuali pas di Bogor, agak nyasar-nyasar). Drivernya ramah, sopan, rapi dan nggak bau. Helm buat penumpang ada dan menyiapkan jas hujan juga buat penumpang. Dan baru tahu pas musim belanja lebaran h min berapa gitu, ongkos bisa naik dalam hitungan detik kalau lagi banyak orderan. Dan jalanan macet juga. Nah kalau harganya naik, terus aku nggak buru-buru, ya lebih milih ojek pangkalan disambung angkot #harusiritnyarirupiahsusah.
Jadi, hidup memang bergerak maju, berkembang, nggak jalan di tempat. Mau nggak mau suka nggak suka ya harus tetap semangat untuk dijalani. Percayalah kalau rejeki nggak akan tertukar. Daripada bertikai, lebih baik intropeksi diri. Perbaiki yang kurang, yang membuat penumpang kurang bahkan nggak nyaman.