Ketika Semua Berbalik Padaku

By Gemaulani

Romeo Gadungan Giveaway

Setiap perbuatan selalu ada balasannya. Dan pembalasan tidak selalu datang dari orang yang sama. Terkadang perlu berkali-kali patah hati supaya hati ini lebih kuat berkali-kali lipat. Begitulah sekiranya kalimat-kalimat yang pernah kudengar. Tapi sejauh yang kualami, patah hati itu tetep aja nggak enak. Sekalipun udah sering, tetep aja hati yang kuat bisa merasakan nyeri hingga ke ulu hati. Baper berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Terlebih kalau si dia sering mengupdate status serta foto-foto kualitas super. Saking supernya foto mereka dijepret photografer seakan sedang melakukan prewedding. 

Ini sudah bertahun-tahun lalu, tapi rasanya baru terjadi kemarin. Apalagi ketika si dia kembali menyapa. Ingin rasanya menghindari percakapan yang berlangsung melalui aplikasi chat. Soalnya nggak baik buat hati. Nyatanya aku berpura-pura kuat dan berbasa-basi sambil berhahehe ria.

Jangan terlalu membenci seseorang apalagi lawan jenis, bisa-bisa kamu malah jatuh cinta.


Sore itu sepulang dari Tangkuban Perahu, rombongan study tour kelas sebelas teknik komputer dan jaringan kembali singgah di Paris Van Java Mall. Karena merasa bosan aku dan sahabatku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam bus yang parkir dipinggir jalan. Ada dua cowok yang ternyata berjalan di belakang kami. Satu tinggi kurus, satu lagi kurang tinggi #sepertiaku. Saat akan menyebrang tiba-tiba si jangkung ada disebelahku dan menarik kupluk jaketku dengan jemarinya. Niatnya sih bagus ya nyebrangin, tapi caranya itu lho bikin kesel. Emangnya aku kucing apa harus diperlakukan seperti itu.

Aku nggak melihat wajahnya dengan jelas, soalnya penerangan di sekitar sana temaram. Tapi yang jelas aku hapal warna sweater abu-abunya dan temennya si E yang digosipin temen-temennya suka sama aku. Yang kuketahui kemudian inisialnya B.

B ini anak kelas sebelah. Iya, kelas B juga. Setelah diperhatikan dengan seksama eh maksudnya ya pura-pura diem di depan kelas. Anaknya emang tinggi kurus, rambutnya rapi dan sedikit berponi, kulitnya sawo matang. Dan setiap melihat dia rasanya kesel. Dan tanpa sadar virus merah jambu mulai menyelinap masuk.

Singkatnya aku dan B sering SMS-an. Bahkan saat menginjak kelas duabelas dan praktek kerja lapangan dimulai aku dan B jadian lewat SMS. Sehari. Sehari termasuk jadian nggak sih? Aku juga bingung. Kita putus. Dan aku merasa baik-baik aja. Sampai akhirnya kita komunikasi lagi dan kali ini beneran jadian. DUA MINGGU.

Setiap harinya wajahku pasti bersemu merah saat melewati kelasnya. Iya, temen-temennya udah mirip supporter sepakbola. Malu sekaligus bahagia menjadi satu kesatuan utuh yang kurasakan saat bersamanya. Diantar pulang sampai ke terminal lah, ngobrol di depan tempat kost, dan ke warnet cuma buat buka facebook. Terus dia pernah menyanyikan lagu Armada – Wanita Paling Berharga lewat telepon. Membuat aku merasa jadi yang teristimewa. Belum lagi lagu-lagu lainnya.

B memberiku sebuah boneka, boneka keroppi. Ini dikasih apa aku yang minta ya? Aku lupa, coba B komentar di sini kalau berani. Kenapa kerropi karena aku sering memanggil dia kodok tapi dalam bahasa Sunda. Ya, intinya biar bisa inget dia terus. Aku luar biasa bahagia dong ya. Iya, sungguh.

Akupun memberikan sebuah sweater untuk B, iya B anaknya suka sweater ketimbang jaket. Ternyata kekecilan yang akhirnya aku ganti sama jaket. Dan aku masih ingat betapa menyakitkannya momen memberikan jaket sepulang sekolah, di koridor dekat pos satpam. Aku menemui B yang ditemani temannya.

B bilang dia nggak bisa melanjutkan status berpacarannya. B bilang dia nggak ngerti apa itu pacaran karena aku pacar pertamanya. Lha emang aku ngerti tujuan pacaran apa? Nggak B. Yang aku tahu punya pacar itu bisa bikin temen-temen berhenti nyindir nggak laku dan blablabla. Yang aku tahu aku punya seseorang yang bisa nemenin aku SMS-an, bisa aku telpon dan membuat hariku berbunga, juga semangat sekolah.

B juga bilang dia mau fokus belajar dan ngejar cita-cita. Nah kalimat ini membuat aku kembali teringat pada mantan-mantan terdahulu yang kuputuskan. Alasan klasik. Nyatanya aku percaya karena tampang B begitu meyakinkan. Iya, tampang baik-baik dan niat belajar serius. Dengan berat hati aku meng-iya-kan untuk melepasnya. KITA PUTUS. Saat itulah aku sadar betapa Diputusin itu rasanya nggak enak, menyakitkan. Aku nangis? Iya. Aku galau di facebook juga iya. Berharap B kembali dan meralat keputusannya. Tapi itu nggak pernah terjadi.

Selang beberapa minggu berikutnya di beranda facebook … aku menemukan sebuah kenyataan bahwa B berbohong atau mungkin hatinya goyah. B jadian, statusnya berpacaran dengan seorang cewek yang masih kelas dua SMP. Saat itulah rasa sakit alias patah hati yang sesungguhnya datang. Aku nggak ikhlas, aku nggak terima dan aku merasa bodoh.

Sehari sebelum putus, aku mengganti nama facebookku dengan nama super alay, ekstra lebay. GieechayankBcelalu. Bahkan ditertawakan oleh beberapa teman sekelas. Disaat sudah putus pun aku harus menerima komentar-komentar teman-teman B yang masih disangkut pautkan denganku.

Hatiku luka, bukan sekedar goresan. Apalagi saat dia sering mengupdate status-status yang berbunga-bunga memuji pacarnya. Jalan-jalan ke sana-sini. Foto berdua. Aku akui ceweknya memang cantik, sementara aku nggak ada apa-apanya. Dan sejak saat itulah rasa sayang yang masih terpendam menguap tak tersisa. Digantikan oleh rasa yang pertama kali muncul. Benci, aku benci dia. Aku juga merasa terganggu setiap kali lagu Armada dengan judul di atas terdengar di telinga. Bahkan boneka pemberiannya sering kali kuperlakukan dengan tidak adil.

Di tahun-tahun berikutnya aku sadar bahwa apa yang telah B lakukan padaku persis seperti apa yang kulakukan pada mantan-mantanku. Diputuskan dengan alasan klasik namun kenyataannya menjalin hubungan dengan orang yang baru. Berada diposisi yang tidak mengerti di mana letak kesalahan diri yang membuat pacar tidak nyaman sehingga akhirnya hubungan yang terjalin selama ini harus berakhir. Padahal lagi sayang-sayangnya.

Perlahan hati yang tercabik-cabik mulai sembuh. Tapi saat mendengar kabar dari sumber terpercaya … B sering berkoar-koar di kelas bahwa dulu dia menyukai sahabatku. Bukan aku. Dan B juga bilang dia merasa bersalah padaku, kasihan padaku. Nyatanya aku nggak butuh dikasihani olehmu B. Nyatanya mendengar kalimat itu, luka lamaku terbuka kembali. For your information B sering mengatakan kalimat ini saat sudah berkuliah. B satu kelas dengan sahabatku.

B mengikuti akun instagramku. Dan mulai memamerkan kembali foto-foto mesra dengan pacarnya. Menyanjung-nyanjungnya dengan kalimat-kalimat indah. Bahkan sesaat setelah lulus sidang skripsi dia membuat status terima kasih kepada pihak yang turut membantu, termasuk kepada si sayangnya itu.

Lebih hebohnya lagi B akhirnya putus dengan pacarnya dengan alasan blablabla. B mulai super galau di facebook. Update ini-itu, dan menghapus foto-foto ciamik kebersamaan mereka. Aku nggak peduli, aku juga tak lantas mensyukuri. Hanya bisa turut prihatin tanpa berkomentar di statusnya. Iya, nanti malah digosipin yang nggak-nggak.

Sekitar beberapa bulan yang lalu B meminta kontak BBM-ku pada seseorang. Ya, aku terima saja permintaan pertemanannya. Dia menyapa aku membalas. Dia bertanya aneh-aneh aku jawab seadanya. Lagipula aku nggak boleh kegeeran, seolah B ingin kembali. Siapa tahu B ingin memperpanjang silaturahmi. Walaupun udah nggak ada hati tapi aku tetap harus hati-hati. Jaga jarak biar aman.

Ya, patah hati memang menyakitkan tapi itu bukanlah akhir dari segalanya. Karena konsekuensi jatuh cinta ya patah hati. Konsekuensi menjalin hubungan kalau nggak langgeng ya putus. Kalau kamu menyakiti seseorang suatu saat akan ada yang membalasnya. Seperti teman B yang aku putuskan. Maksudnya teman SMP-nya B. Akhirnya B yang membalasnya tanpa sengaja, kepadaku. Dunia emang sempit eh Garut emang sempit. Dari sekian banyak orang kenapa mereka saling berteman. Dari sekian banyak orang, kenapa mereka jadi mantanku. Dari sekian mantan, kenapa yang paling di sayang … membuatku merasakan sakit? Urusan hati dan virus merah jambu memang sulit dipahami. Lebih rumit dari barisan source code.

Tinggalkan komentar