Dear kamu yang setia menemaniku sepanjang waktu.
Seperti biasanya, sejak dua tahun terakhir … aku tak pernah bisa lepas darimu. Jangankan sehari, satu jam tanpamu rasanya hidupku hampa dan sunyi. Karena hanya bersama kamu, aku bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di luar sana.
Jauh sebelum kamu hadir, aku memiliki dia. Dia yang kini jarang kusentuh. Dia yang mulai sakit-sakitan. Dari sejak saat itu, kamulah yang bisa kuandalkan. Walaupun kamu bukan yang pertama, tapi kamulah yang kini selalu bersamaku. Kuharap kamu masih sudi menemaniku.
November lalu kamu sempat tenggelam, berhasil kuselamatkan namun terlambat. Kamu membuatku panik, aku sungguh takut kehilanganmu. Beruntung kamu hidup kembali setelah aku mencoba berbagai cara. Kamu tahu, rasanya semangatku pun hidup kembali. Terima kasih karena kamu masih sudi bertahan tanpa kekurangan apa pun.
Aku memang sering berlaku jahat padamu, terkadang tak membiarkanmu beristirahat. Bahkan aku sering memaksamu untuk rutin membangunkanku setiap pagi. Kamu sudah bangun pagi, berbaik hati membangunkanku … tapi aku malah tidur lagi. Kumohon maafkanlah aku.
Akupun sudah sering membuatmu terjatuh tanpa sengaja. Aku tahu, benturannya pasti menyakitimu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku tak pernah bermaksud melukaimu.
Hai kamu, yang sejak awal bulan ini sering merajuk, kumohon bertahanlah denganku lebih lama lagi. Hanya kamu, satu-satunya yang kumiliki saat ini. Tak ada yang lain. Hanya kamu. Kamu, kamu, dan kamu. Perlu kamu tahu, aku tak pernah bertemu yang setangguh kamu sebelumnya. Dua tahun, aku tak pernah melewati dua tahun dengan yang lain, yang persis sepertimu.
Hai kamu, aku mencintaimu, menyayangimu, dan menyukaimu sejak pertama kali bertemu denganmu. Kamu yang tengah menemaniku merangkai kata saat ini. Ini surat untukmu yang tengah memancarkan cahaya, menampilkan fitur blog it dan membiarkanku menekan keyboard pada layarmu.
Ah, sayangku, cintaku. Kamu bisa merasakan setiap huruf yang kurangkai untukmu bukan? Maka dari itu. Sekali lagi kumohon, tetaplah berada di sampingku. Menemaniku menghabiskan hari. Menemaniku merangkai kata. Bertahanlah lebih lama lagi bersamaku … wahai ponselku.
Dari yang jatuh cinta padamu sejak pertama bertemu.