Jadi, kumenemukan film Maleficent : Mistress of Evil 2019 di aplikasi HOOQ. Kalau mau nonton harus sewa seharga 29 ribu rupiah. Ya, enggak jauh beda sama tiket bioskop di bioskop yang paling murah. Bedanya di bioskop nontonnya rame-rame, suaranya menggelagar dan layarnya gede, dan harus pas baru-baru tayang kan. Kalau di rumah bisa kapan aja, walau layar paling gede aku nonton lewat HOOQ versi desktop. Enaknya bisa sambil rebahan, makan dan minum sepuasnya, terus bisa dihentikan dulu kalau misalnya kebelet pipis. Bisa diulang juga selama masa sewanya belum berakhir. #okesekip
Di Maleficent tahun 2014 hatiku rasanya sakit, mana mata pedes banget deh. Pedih. Menyaksikan Maleficent dewasa yang diperankan oleh Angelina Jolie ditinggal sama cowok yang dia sukai, udah gitu sayapnya dipotong pula demi ambisi si cowok biar bisa nikah sama putri raja. Padahal Maleficent kecil udah menolong dia dan baik banget lho ya. Ya wajar kalau Maleficent murka dan mengutuk anak cowok itu yang akhirnya jadi raja pas pembaptisan. Seorang putri cantik yang diberi nama Aurora. Dia dikutuk akan tidur selamanya setelah tertusuk jarum pemintal benang dan hanya ciuman cinta sejati yang bisa menyelamatkannya. Itupun dia asal ngomong karena enggak percaya ciuman cinta sejati itu ada. Raja yang ketakutan mengasingkan puterinya ke hutan ditemani tiga peri. Endingnya yang Aurora hidup lagi karena ciuman dari Maleficent sebagai ibu angkatnya gitu pan.
Nah di Maleficent 2019 konflik dimulai ketika Aurora dilamar oleh pangeran Philip dari kerajaan Ulstead. Di mana raja (bapaknya) ingin kerajaan mereka dan Moors bersatu. Awalnya tentu saja Maleficent menolak. Dia enggak bisa kehilangan puteri kesayangannya, dan enggak percaya sama penyatuan antara kerajaan manusia dan peri. Namun, akhirnya hatinya luluh juga dan memenuhi undangan makan malam kerajaan.
Sementara itu di kerajaan sebelah ada ibunda ratu yang dari raut wajahnya aja udah kelihatan jahat dan liciknya. Huh, aku jadi kesal melihatnya. Undangan makan malam berakhir kacau karena ibunda mancing-mancing amarah Maleficent. Maleficent dituduh telah mengutuk raja hingga tak sadarkan diri. Aurora marah besar dan enggak mau ikut pulang. Maleficent marah sekaligus sedih. Akhirnya dia terbang menembus langit malam dan kejadian enggak terduga pun terjadi.
Maleficent selamat walau tubuhnya luka parah, dan dia diperkenalkan dengan bangsa Fey (sejenis sama dia) yang warna kulit, rambut, serta sayapnya dibedakan tergantung habitat tempat tinggalnya di mana. Mereka yang tersisa karena setiap kerajaan manusia berdiri, mereka pun semakin terdesak dan terancam. Maleficent bahagia melihat anak-anak dari bangsanya yang sedang belajar untuk terbang. Di sana ada yang membujuk Maleficent untuk menjembatani perdamaian antara bangsa peri di kerajaan Moors dengan bangsa manusia, namanya Conall. Sementara yang satu lagi manas-manasin Maleficent untuk mendukungnya menyerang kerajaan manusia dengan kekuatan yang dimiliki Maleficent. Dia juga yang mengabarkan kalau Aurora akan tetap menikah dengan pangeran Philip. Maleficentnya bodo amat gitu, tapi malam sebelum pernikahan, Maleficent merasa ada sesuatu yang buruk di Moors.
Ibunda ratu udah mempersiapkan semuanya serapi mungkin, termasuk mengundang bangsa peri dari Moors. Tapi namanya juga enggak ada kejahatan yang sempurna, bangkai kalau disimpen bau busuknya kecium. Aurora pun sadar dan menyesal udah marah sama Maleficent. Namun, nasi udah menjadi bubur. Tinggal buburnya mau diaduk dulu apa langsung dimakan *eh. Endingnya aku enggak kuat, pengakuan ibunda ratu juga menyebalkan banget. Lalu, jadi bersatu enggak Aurora sama Philipnya? Nonton sendiri deh biar gereget.
***
Berdurasi 1 jam 54 menit, buat aku filmnya tetap seru, ada rasa haru tapi enggak sedalam waktu Maleficent yang pertama tahun 2014. Yang aku kagum, Akting Angelina Jolie sebagai Malificent yang ekspresinya lempeng itu juara. Gemes waktu dia latihan tersenyum dan menyapa sebelum undangan makan malam terus dikomentarin sama si burung gagak. Film ini semakin memperkuat pernyataan bahwasannya Malificent ini sebenarnya memang peri baik hati. Hanya saja dia merasa tersakiti eh terkhianati oleh cowok yang cintainya kemudian kesal terhadap ulah manusia yang suka menangkap peri-peri tumbuhan dari Moors. Dia juga sayang banget sama Aurora. Efek-efek visual dari film ini juga enggak diragukan lagi sih, keren. Hanya aja aku kecewa dengan chemistry antara Aurora dan pangeran Philip. Pemeran pangeran Philipnya kan diganti eh tapi aktingnya berasa hambar buat aku. Udah sih selebihnya peran ibunda ratu jahat juga pas banget. Gereget ingin nampol. Sukses mainin peran jahatnya.