Momlit, Menumbuhkan Kemandirian Anak

By Gemaulani

menumbuhkan kemandirian anak momlit
Judul : Menumbuhkan Kemandirian Anak
Penulis : Eugenia Rakhma
Editor : Herlina P Dewi
Proof Reader : Desi Tuparman
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : Arya Zendy
Penerbit : Stiletto Book
Tahun Terbit : Cetakan 1, Januari 2017
ISBN : 978-602-7572-74-4
Blurb : 
Kemandirian dan kedisiplinan merupakan dua hal yang menjadi dasar tumbuhnya kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab seorang anak. Kedua hal ini merupakan kunci pembuka bagi si kecil dalam mempelajari hal-hal di sekitarnya, sekaligus berinteraksi dalam lingkungan.

Buku ini membahas penanaman kemandirian dan disiplin si kecil secara lengkap dan bertahap :

– Memahami target perkembangan anak usia dini.
– Memahami kebutuhan sosial dan emosi si kecil.
-Macam-macam kemandirian anak usia dini dan cara menumbuhkannya.
-Tip dan trik menumbuhkan kedisiplinan si kecil.
-Mempersiapkan rumah yang ramah.
-Berbagai aktivitas sederhana yang dapat dilakukan di rumah untuk menumbuhkan kemandirian dan disiplin si kecil.

Jadi, yuk Moms, kita tumbuhkan kemandirian dan disiplin si kecil sejak dini dengan cara-cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah.
***
Terdiri dari 9 bab yang memberikan pemahaman sesuai judulnya, menumbuhkan kemandirian anak. Karena tidak bisa dipungkiri banyak sekali fenomena si raja kecil di sekitar kita. Fenomena di mana seorang anak yang masih balita terlihat duduk manis, sementara orang-orang di sekitarnya siap melayani kebutuhannya. Yang tanpa disadari bisa terbawa hingga dewasa. Hanya karena ketakutan si kecil terluka dan alasan-alasan lainnya yang dijadikan pembenaran.
“Seringkali kita lupa kalau rasa khawatir yang berlebihan itu akan menciptakan ketidakmandirian pada diri si kecil.”

Pada Bab pertama, salah satunya ada pembahasan mengenai delapan kebutuhan emosi dan sosial si kecil. Di antaranya ada kebutuhan untuk dicintai dan dihargai. Perasaan seperti ini akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasinya untuk terus bereksplorasi. Pada bab ini juga dibahas mengenai cara si kecil belajar. Salah satunya dengan cara melakukannya dan juga meniru. Seperti kata pepatah cina. I hear and i forget. I see and i remember. I do and i understand. Dan ketika si kecil meniru kemudian merasa kegiatan tersebut menarik, ia akan mengulangi kegiatan tersebut. Jadi sebagai orangtua, pendidik pertama bagi si kecil, kita harus bisa menjadi role model bagi si kecil dalam menanamkan kemandirian.
“Karena memberi pilihan berarti mengajarkan si kecil bahwa setiap perbuatannya mengandung risiko yang harus ditanggung.” Hal 52.

Dalam setiap perkembangannya pun, si kecil mempunyai kebutuhan yang berbeda, jadi disiplin yang diterapkan berubah seiring dengan pertambahan usia.
Dalam buku ini pun terdapat pembahasan mengenai toilet training dan pemahaman bedwetting blues. Juga permainan-permainan yang bagus untuk tumbuh kembang si kecil.
***
Ini buku non fiksi, momlit kedua dan sama-sama terbitan stiletto tapi penulisnya beda. Ini bukunya kak Eugenia Rakhma (teh Rara). Buku yang covernya menarik perhatian. Selain warnanya yang oranye, bikin segar. Anak laki-laki tampan di covernya membuat aku tertarik kepingin baca. Dan semesta mendukung, menang giveaway yang diadakan teh Rara. Meskipun aku belum menikah, tapi kelak di masa depan bakal menikah dan jadi emak dong ya. Baca-baca buku seperti ini memberikan pemahaman-pemahaman baru tentang cara menumbuhkan kemandirian pada anak. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada anak. Termasuk salah satunya ada tentang pemberian hukuman dan juga hadiah. Dua-duanya sama-sama nggak baik kalau berlebihan. Belum lagi soal bedwetting blues. 
Tidak hanya pembahasan mengenai cara menumbuhkan kemandirian pada si kecil, buku ini juga dilengkapi beberapa jenis permainan yang bisa membuat si kecil merasa senang, dan tentunya aman. Jadi nggak bikin orangtua khawatir. Permainan dari bahan-bahan sederhana, bahkan bisa dari barang bekas lho.
Jadi buat emak-emak, buibu, mamah muda. Buku ini bacaan yang cocok untuk menumbuhkan kedisiplinan, kemandirian dengan cara-cara sederhana. Dan setiap anak nggak bisa disama ratakan cara mendisipinkannya, apalagi sampai dibanding-bandingkan dengan anak tetangga.

Tinggalkan komentar