Judul : Past & Curious
Penulis : Agung Satriawan
Editor : Nurul Hikmah & Elly Afriani
Proofreader : Elly Afriani
Penata Letak : Irene Yunita
Desain Sampul : Gita Yuriana
Penerbit : Bukune
Tanggal Terbit : Cetakan Pertama, November 2013
Tebal : iv+273 hlm; 13 x 19 cm
ISBN : 602-220-118-7
Harga : Rp. 50.000,-
Alohaaa selamat pagi. Pagi ini aku tetap bersemangat meski masih menyandang status pengangguran setelah kontrak kerja tiga bulanku abis akhir November tahun lalu. Dan jelas nggak punya kesibukan lain selain nyari kerja, masukin lamaran, nunggu panggilan itupun kalo dipanggil, ikut test dan kembali dapet kerja … kalo test sama wawancaranya lulus.Satu-satunya masalah kenapa aku susah dapet kerja adalah … gak mau kerja sesuai jurusan yang kuambil saat kuliah dulu … dulu banget. lulusnya tahun 2013 … udah lapuk 😀
Pembukaannya kepanjangannya ya? oke kita mulai. kali ini aku bakalan berpendapat tentang Novel fiksi komedi terbitan Bukune, salah satu penerbit besar di Indonesia ini, dan aku berharap kelak salah satu karyaku bisa nyangkut di sini. Dan entah kapan …. kenapa aku beli buku ini? jawabannya sama simple kayak kenapa beli buku Hijrah Hati di Senja Copacabana. Yup, untuk ikutan lomba fiksi komedi yang diadain tahun lalu sama Bukune jelas aku harus punya referensi. Pada akhirnya sih naskah gak kelar karena kecapean kerja *alesan padahal bingung sendiri menilai tulisan aku lucu apa garing ya? Hmm baiklah… sempet bingung antara mau beli Luntang Lantung atau Past & Curious. Beneran bingung sampe bolak-balik ambil taruh ambil taruh kedua buku komedi ini di Gramedia Bandung.
Akhirnya aku memilih past & curious karena covernya yang asli keren, bikin penasaran di tambah quotes “Saat Hidup Punya Tombol Rewind” nah loh… kebayang nggak kalau ada tombol rewind? penasaran kan jadinya. Yuk simak sinopsisnya di bawah ini.
Sinopsis
Hidup tidak seperti remote DVD yang memiliki tombol rewind. Waktu tidak bisa diputar ulang. Tapi, lain dengan kisah Kafi. Mahasiswa kedaluwarsa yang baru ditinggal kekasih ini tersesat ke masa lalu. Tepatnya dua puluh tahun silam, saat seporsi sate kambing masih dua ribu rupiah dan selembar uang lima ratus dihiasi pose orang utan.
Keanehan demi keanehan ditemui Kafi; uang di kantongnya tidak laku, ponselnya tidak bisa digunakan, Justin Bieber bahkan belum lahir, dan Ksatria Baja Hitam masih membela kebenaran. Dia dibuat bingung dan hampir putus asa, apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam usaha keluar dari era jadul dan kembali ke masanya, Kafi bertemu dengan sesama petualang waktu; Ardhi—seorang ilmuwan pembuat mesin waktu—dan Soyan yang menginginkan kesempatan kedua. Bersama, mereka mengemban misi untuk kembali ke masa depan. Berhasilkah mereka?
Sudut pandang dalam Novel ini adalah orang ketiga, alurnya maju-mundur, tapi nggak bikin bingung kok, santai aja. Tokoh Utama jelas Kafi, Mahasiswa kadaluarsa yang lulus S1 dalam waktu sebelas tahun. Lulus wisuda cuma di dampingin Purbo, sahabatnya. Dia yatim piatu, tinggal di Tangerang, ngefans sama Persija dan … ditinggal sama pacarnya karena nggak berani ngelamar saat belum lulus kuliah. komplit deh tuh.
Dia berniat liburan ala backpacker ke surabaya, yang akhirnya membawa dia naik kereta barang karena tiket kereta ke Surabaya ludes terjual. Di dalam gerbong peti kemas keempat Kafi bertemu dengan pria bernama Soyan yang tujuannya ke Stasiun Tugu Yogyakarta. Katanya punya warung nasi di simpang enam. Dan saat Kafi terbangun Soyan sudah menghilang … petualangan Kafi pun dimulai.
Tidak ada tulisan operator seluller pada BB miliknya, Jalanan Jogjakarta juga begitu sepi, mobil sejuta umat pun “Avanza” tidak terlihat di sini. Loh kok bisa? Ya mungkin karena orang-orangnya sederhana, mungkin juga karena … Ah yang pasti Kafi terlihat paling keren karena selera busana orang-orang di sekitar stasiun masih jadul. Belum lagi kamera DSLR hasil pinjeman bikin orang-orang tambah ngiri.
Well, sate berdaging tebal dengan porsi yang lumayan harganya cuma 2.000 perak, membuat aku laper. Tapi, Kafi nggak bisa bayar karena uangnya nggak laku. Loh kenapa? Kafi tersesat, bukan “Tersesat dan tak tahu arah jalan pulang” kayak lagu butiran debu. Dia tersesat di tahun kelahiranku. Di mana aku pun baru lahir sebulan kemudian. Hahaha.
Kok bisa Kafi tersesat? Apa yang terjadi? Gimana caranya dia balik? Penasaran nggak? kalau pensaran yang beli dong bukunya. Murah kok …
Well secara keseluruhan aku suka buku ini, dari mulai cover, sinopsis, dan isinya … Ah tentu saja aku jadi membayangkan jika aku bisa seperti Kafi atau punya tombol Rewind. Pengen balik ke beberapa tahun sebelum aku jadi pengangguran 😀 *ngayal. Karena sebenarnya buku ini mengajarkan aku untuk tidak menyia-nyiakan waktu, karena hidup nggak bisa diulang. Tapi ada beberapa paragraf yang komedinya garing. Tapi nggak masalah karena typo-pun cuma ada sedikit aja. cuma satu kata di beberapa halaman. Dan salah jawaban di halaman 271, kok itu Soyan yang ngomong? Bukankah Soyan sudah pergi dan Kafi sedang berbicara dengan Ardhi? Dan mesin waktu yang bisa loncat 10 tahun ke masa depan dan 10 tahun ke masa lalu. Jika 2013, kemanakah 2003? ihihiw
Nih beberapa cuplikannya :
“Bagaimana dia tahu kalau kamu akan membuat komunitas itu?” Radit bertanya kepada Ray penuh emosi. “Bukankah kita harusnya merahasiakan dulu komunitas itu?” Hal … 120
“Itu yang bikin aku kaget! aku berpikir akan memberi nama itu pada komunitas kita. Bagaimana dia bisa tahu sesuatu yang ada baru ada dipikiranku?” nah ada setelah yang typo bukan ya? agak kurang srek bacanya. Hal 120
Pas Kafi naik bus dia lihat Lapindo Brantas dan ngomong suatu saat pabrik itu akan tenggelam membuat orang-orang geram. Ada juga idenya untuk naik delman dengan harga murah. Ongkos dibagi dua sama kusirnya 😀
“Orang yang menyesal dan ingin kembali ke masa lalu membuat tubuhnya seperti menerima perintah untuk siap akan hal itu. Jika bukan orang seperti itu gravitasi pada lubang hitam akan menghancurkan tubuhnya” Ardhi – Hal 182
“Bagaimana bisa masa lalu saya dipengaruhi oleh saya dari masa depan?” Kafi – Hal 245
“Setiap tindakan kita di masa lalu membuat kita berada pada kenyataan pada masa sekarang dan kenyataan kita pada masa sekarang membentuk kita pada masa depan” Ardhi- Hal 247. Intinya kalimat ini aku suka tapi kenapa harus banyak banget kata “pada?”
Oke, sekian pendapatku tentang buku ini. Yang penasaran monggo beli di toko buku kesayangan anda atau order via online juga bisa kan di jaman yang canggih seperti sekarang ini. Besok aku lanjut tentang Novel Crush Or Crashnya Iruka Danishwara 🙂
Selamat beraktifitas.
Semoga jadi bestcom 🙂
Saya menghabiskan waktu 1 jam berselancar di Google untuk mencari & mengingat novel favorit saya dgn cover nyentrik nan keren yg dulu ilang dipinjam temen -_-
Dan akhirnya KETEMU! Paragraf ikonik yg saya ingat pada novel ini (yg membawa saya kemari) adalah ketika si tokoh utama naik kereta barang dan terbangun di Kota Surabaya masa lampau; dan ketika tokoh utama bergumam Lapindo akan tenggelam oleh lumpur diiringi geram penumpang di bus.
Thank you sudah mengembalikan ingatan saya akan buku ini! Brb beli di Tokopedia~ :))