Hallo, udah tanggal lima Juni aja ya. Nggak kerasa udah empat hari nggak posting apa-apa, belum bewe, belum balesin komentar, belum ikutan giveaway lagi. Biasa, Gilang kalau lagi patah hati emang gitu … menghilang dari peredaran. Nggak juga sih, aku muncul kok sesekali, kasih love di instagram, facebook, twitter kemudian jadi silent reader di blog orang lain.
Iya, kalau lagi patah hati bawaannya jadi males. Tapi bukan karena patah hati nggak menang giveaway lho, sama sekali nggak. Ini perihal kehilangan, bukan sementara, tapi selamanya. Nggak kerasa besok udah mau puasa aja dan malem ini aku nggak sholat tarawih. Iya aku tumbang, kena pilek, batuk, demam.
Tepat tanggal 01 Juni 2016 sekitar pukul 16.25 WIB saat aku dan mama baru berniat untuk makan pagi siang di sore hari, saat itu juga kedua lututku terasa lemas, badan gemetar. Uwa (kakaknya bapak) berteriak dari depan pintu mengabarkan kalau nenek baru saja menghembuskan nafas terakhirnya. Memejamkan mata untuk selamanya dan dibawa kembali oleh pemiliknya.
Padahal baru kemarin malam kami menjenguk nenek yang sudah tak sadarkan diri namun masih bernafas, tubuhnya masih terasa hangat. Tapi sore itu nenek tak lagi membuka matanya, tubuhnya kaku dan dingin. Dan mataku mulai menghangat. Nenek satu-satunya yang kami miliki telah berpulang.
Saat proses pemakaman, hujan masih turun cukup deras. Namun aku dan mama tetap menyaksikan proses pemakaman hingga selesai. Turut mengantarkan nenek ke rumah barunya. Tempat peristirahatan terakhir. Ikut berdoa dan menaburkan bunga. Yang kusesali, aku belum bisa memberikan apa-apa sebelum nenek pergi. Bahkan aku masih berharap kalau nenek masih ada. Dan saat lebaran nanti masih bisa bersalaman. Masih bisa melihat nenek tersenyum. Selamat jalan nek, semoga nenek tenang di alam sana.
Itulah patah hati yang kumaksud. Selain karena kehilangan nenek dari bapak. Ada faktor lain yang membuatku tak bisa berpikir dengan jernih dan males ngapa-ngapain. Apalagi nulis. Aku kesulitan untuk merangkai kata-kata.