Kamu dan Kenangan yang Terlalu Manis untuk Dilupakan

By Gemaulani

Jauh di mata, tapi selalu saling mendoakan.

Itu story WhatsApp kamu di bulan November 2020, kata yang tersemat di antara foto kita di tahun 2014. Foto yang diambil saat Photobox di salah satu pusat perbelanjaan di Garut, kamu ingat? Itu hari setelah kontrak kerjaku habis. Kita janjian untuk bertemu.
 
Kamu dan Kenangan yang tumbuh beramaku

Aku membalas foto yang kamu unggah dengan doa, dan harapan semoga kamu sehat-sehat di sana dan nanti kita ketemu lagi. Karena sepanjang pandemi di tahun 2020 aku belum mengunjungi kamu lagi. Chatku berbalas, kamu mendoakan hal yang sama.
Tapi harapan dan doaku akhirnya tak sesuai ekspektasi di awal tahun 2021 ini … 

Kamu dan Rumah Barumu

Tanggal 5 Februari 2021, aku akhirnya mampir ke rumah baru kamu. Tak ada jawaban salam, senyuman kuat, pelukan, dan cipika-cipiki seperti yang biasa kita lakukan saat bertemu, untuk melepas rindu. Dan memang tak akan pernah ada ataupun terulang lagi.
Senyuman, suara, dan gambaran jelas tentang sosok dirimu kedepannya hanya bisa kulihat sekadar bayangan, atau foto-foto yang pernah kita ambil bersama. Suaramu hanya bisa kudengar lewat rekaman yang tersimpan di kepalaku.
Ya, semuanya tampak berbeda, dan logikaku nyatanya sulit menerima jika kamu sudah tiada lagi di bumi. Tuhan lebih menyayanginya. Tuhan mengangkat segala rasa sakit yang puluhan tahun selalu dihadapinya dengan tegar. Tanggal 16 Maret nanti, tepat 40 hari kamu pergi, tanpa ucapan perpisahan.
Selama itu juga aku berusaha untuk baik-baik aja, dan merasa kamu masih ada. Tapi pada kenyataannya aku tak baik-baik saja. Ada saat-saat di mana butiran bening itu meluncur bebas kala rindu padamu. Aku merasa kehilangan. Kehilangan seorang sahabat yang kukenal sejak memutuskan untuk melanjutkan sekolah di salah satu SMK swasta di Garut.
Kita berada di kelas yang sama sejak masuk 10 D Teknik Komputer dan Jaringan, berlanjut ke kelas 11 dan 12 A. Mengenalmu, menjadi teman sebangkumu merupakan salah satu kenangan indah semasa sekolah.

Kamu dan Kenangan Indah Sepanjang Umurku

Perempuan bermata minimalis, dengan kulitnya yang cerah dan putih alami itu tak sekalipun pernah marah, mengejek, atau meninggalkanku. Bagiku, kamu adalah tempat bercerita teraman selain kepada Tuhan, dan mama. Aku nyaman setiap kali ingin menceritakan tentang sesuatu padamu.
Waktu aku pernah membuat kesalahan besar, kamu tak menyalahkanku, tapi juga tak membenarkan tindakanku. Dengan kamu masih mau bersahabat denganku saja itu sudah cukup membuatku kuat untuk melewati hari-hari sulit selama berbulan-bulan di sekolah.
Satu-satunya hal yang pernah membuat kita renggang, adalah waktu kamu punya pacar (mantan) yang suka usil. Yang dengan sengaja nyenggol botol pas aku lagi minum. Aku tersedak, airnya masuk hidung. Padahal aku keselnya sama dia, bukan sama kamu. Untunglah itu enggak berlangsung lama.
Inget enggak, kalau ada acara buka bersama (bukber) kita selalu saling tanya “mau dateng atau enggak?” Hahaha ya, buka bersama merupakan salah satu momen agar kita bisa bertemu setidaknya setahun sekali. Berlanjut menginap bersama dan kesulitan tidur karena ada banyak h yang ingin diceritakan.

Hai, bundanya de Ula, meskipun kamu tak lagi ada di bumi … kenanganmu akan selalu hidup bersamaku. Maaf karena tak sempat mengobrol denganmu di hari-hari terakhir. Maaf karena selama saling mengenal mungkin aku belum jadi sahabat yang baik.
Kamu pergi sebelum usiamu tepat 28 tahun di 1 maret 2021 kemarin. Kamu pergi sebelum aku mendapatkan seorang pendamping hidup. Terima kasih karena kamu selalu mendengarkan ceritaku, menyemangatiku selama ini. Satu orang yang mendoakanku kini sudah pergi … itu kamu.
Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. Yang tenang ya di sana. Semoga aku cukup baik untuk kelak bisa bertemu kembali denganmu. Sayang kamu selalu.
Aku tahu, kamu tak akan mungkin bisa baca apa pun yang kutulis buat kamu, seperti surat-surat sebelumnya. Tapi biarlah aku tetap menuliskan apa yang ingin kuutarakan padamu di sini.

Tinggalkan komentar