Revisi kisah Ranto Ranti, Tugas Keenam

By Gemaulani

            Sejak
Bubar sekolah tadi siang Ranti dan Ranto hanya diam membisu seribu bahasa
ketika tiba dikantin sekolah dan duduk berhadapan sejak 15 menit yang tadi.
Kantin sekolah sudah sangat sepi, tidak ada satupun orang disana, semuanya
hening dan hanya ada semilir angin yang berhembus menembus langsung ke ulu hati
mereka dan menemani mereka berdua dalam kesunyian dikantin sekolah.
            “Ehm…”
Ranto berdehem.
            Ranti
memandang ke arah Ranto.
            “Gimana
kabar kamu, To?” Tanya Ranti lirih dan kembali memalingkan mukanya.
            “Baik,
aku baik-baik saja, kamu gimana? Udah lama gak ketemu ya, eh kemarin mau ketemu
kan gak jadi gara-gara hujan” Ranto berusaha tersenyum.
            “Syukurlah
kalau kamu baik-baik saja, aku juga ya seperti yang kamu lihat, aku baik-baik
saja, gak kenapa-napa” kata Ranti.
            “Mmmm,
maaf kemarin aku sudah pulang duluan ketika kamu belum dating, karena hujannya
sangat lebat sekali, jadi ibu dan bapak menyuruhku untuk segera pulang” kata
Ranti lagi dan memberikan senyuman yang tipis.
            “Iya
gak papa kok, aku juga kemarin dateng tapi terlambat, terus pas kamu ngasih
tahu kalau kamu pulang, aku langsung kembali ke kost aku”
            “Berarti
gak masalah, kan?” Tanya Ranti pelan.
            “Nggak
kok, tenang aja kali” kata Ranto berusaha tertawa, tapi tetap saja Ranti
merasakan ada yang lain dari Ranto, begitupun Ranto juga merasakan hal yang
sebaliknya.
            “Eh,
apa yang mau kamu omongin kemarin?” kata Ranto.
            “Ehm,
kamu duluan aja deh, kan kemarin kamu bilang kamu juga mau bilang sesuatu yang
penting sama aku?” Ranti bertanya balik.
            “gimana
kalau kamu aja?” pinta Ranto.
            “Cowok
duluan dong” pinta Ranti.
            Ranto
dan Ranti terdiam dan suasana kantin siang itu sepi kembali. Ranto dan Ranti
sama-sama sedang mengumpulkan kekuatan serta keberaniannya masing-masing untuk
mengungkapkan tujuan mereka bertemu yang kemarin sempat terhambat.
            Detik
demi detik, menit demi menit berlalu begitu saja dengan suasana sepi tanpa
suara apapun.
            “Udah
lama ya, kita nggak kayak gini?”Tanya Ranto yang berusaha mencairkan suasana.
            “I..iya”
kata Ranti terbata.
            “Ranto?”
panggil Ranti
            “Iya”
            “Aku
boleh jujur, ngga?” Tanya Ranti lagi.
            “Boleh
dong, ayo bicara aja” kata Ranto yang semakin kaku.
            “Tapi
kamu gak akan marah dan benci aku, kan?” Tanya Ranti yang meragu.
            “Nggak lah, ayo ngomong aja” pinta
Ranto
            “Kamu
aja deh yang duluan” Ranti meragu jika dia harus berkata itu pada Ranto.
            “Kenapa?”
Tanya Ranto yang kini mengerutkan keningnya.
            “Gak
papa” balas Ranti lirih, bahkan hampir tidak terdengar.
            Suasana
seketika sepi kembali. Ranti mengalihkan pandangannya ke  arah lain sementara Ranto menatap Ranti dengan
seksama. Mata Ranti mulai berkaca-kaca, dia sesekali menghapus butiran airmata
yang jatuh dipipinya dengan kedua tangannya.
            “Kamu
kenapa, Ti?” Tanya Ranto heran.
            “Gak,,
gak papa kok” kata Ranti terbata-bata
            “Kalau
kamu punya unek-unek, ayo bicara aja langsung, jangan dipendam-pendam” pinta
Ranto.
            Ranti
terdiam dan memejamkan matanya sejenak, menarik nafas dalam-dalam kemudian
menghembuskannya secara perlahan agar dia bisa tenang. Ranto pun melakukan hal
yang sama, mereka berdua merasakan ini akan menjadi hal terberat dan tersulit
untuk kisah asmara mereka yan sudah terjalin selama 2 tahun.
            “Ehm,
aku denger-denger kamu jadi panitia ospek ya? Asyik dong bisa ngecengin anak
baru yang cantik-cantik, terus bisa dapet pacar baru deh” Ranti berusaha
tersenyum dan menjadikan dirinya serileks mungkin.
            “Maksud
kamu apa,Ti?”
            “Ya
gak papa, Cuma bercanda kok, tapi kalau beneran juga gak papa” kata Ranti
lirih.
            “Sumpah
aku gak ngerti maksud pembicaraan kamu, Ti”
            “Gak
usah pura-pura gak ngerti, To,, kamu pasti ngerti maksud aku!” seru Ranti.
            “Aku
jadi panitia ospek bukan karna aku mau ngecengin anak baru, tapi karna aku
ingin ikut berpartisipasi mendidik mereka” balas Ranto yang berusaha menahan
emosinya.
            “Ups,
maaf kalo aku nuduh kamu melakukan hal yang tidak-tidak” balas Ranti menyesal.
            “Kamu
kenapa sih? Kamu gak percaya sama aku? Kamu gak percaya kalau akan bakalan
tetep setia sama kamu?” Tanya Ranto dengan nada yang sedikit keras serta tegas.
            “A..
aku percaya kok sama kamu, percaya banget, aku yakin kamu gak akan nyakitin aku
kayak cowok-cowok lain yang pernah aku temui.. tapi…” Ranti tidak meneruskan
perkataannya.
            “Tapi
apa?” Tanya Ranto heran.
            Ranti
belum menjawab pertanyaan Ranto, didalam hatinya dia bekata : “Tapi kita gak
mungkin terus bersama To, aku sayang kamu, aku sebenarnya tidak ingin
kehilangan kamu, tapi sebentar lagi kita lulus dan aku akan kuliah diluar
negeri, selain itu orang tuaku..”. Ranto menepuk pundak Ranti dan itu membuat
semua kata-kata yang dia susun didalam hati tercerai berai kembali.
            “Kok
aku nanya bukannya dijawab, malah kamu ngelamun” protes Ranto
            “Emang
tadi kamu Tanya apa?” Ranti balik bertanya.
            “Tadi
kamu bilang tapi di pembicaraan kamu dan aku Tanya, tapi apa terusannya?”
            “Ehm,,
tapi apa ya aku lupa” balas Ranti sembari tersenyum yang dipaksakan.
            “Aku
denger-denger setelah lulus kamu mau kuliah di Amsterdam?” Ranto memastikan.
            “Iya,
soalnya Bapak sama Ibu juga punya usaha baru disana” tutur Ranti yang mulai
lemas dan merasa tidak akan sanggup untuk mengatakan “KITA PUTUS” 2 kata yang
sangat sulit untuk diungkapkan kepada Ranto.
            “Asyik
dong ya? Ke luar negeri terus ketemu cowok-cowok bule yang cakep-cakep gitu,
terus kamu bisa milih mana yang bisa dijadiin pacar, apalagi pasti mereka anak
orang kaya semua, sesuai harapan keluarga kamu” pendapat Ranto secara spontan.
            “Hahahaha”
Ranti berusaha tertawa
            “Kamu
ini ada-ada aja To, gak mungkin lah, buat aku kamu yang terbaik” kata Ranti
            “Kamu
juga, Ti,, kamu yang terbaik buat aku, kamu yang selalu ada disamping aku gak
peduli saat aku senang, sedih atau terpuruk sekalipun”
            Didalam
hatinya Ranto berkata : “Kamu terbaik buat aku selama ini, Ti, tapi mungkin aka
nada yang lebih baik dari aku yang diciptakan Tuhan untuk kamu, untuk selalu
menjaga dan mendampingi kamu sampai akhir sisa hidup kamu nanti, dan itu bukan
aku, maafin aku, mungkin ini akan jadi pertemuan dan perbincangan terakhir
kita,, aku harap kamu ngerti, aku ingin KITA PUTUS, maafin aku Ti, aku..”
            “Ranto”
panggil Ranti yang melihat kalau Ranto sedang memikirkan sesuatu hingga
melamun.
            “Iya,
Ti kenapa?” Ranto balik bertanya.
            “Harusnya
aku yang nanya kenapa.. kenapa kamu melamun begitu? Ada masalah apa? Ayo
cerita?” pinta Ranti
            “Gak
papa kok, aku gak ada masalah apapun, tadi gak sengaja melamun saja” Ranto
berkelit.
            Mereka
terdiam lagi dan saling menyusun kata-kata terbaik dikepalanya masing-masing,
Ranti dan Ranto saling merangkai kata demi kata menjadi kalimat-kalimat yang
sebenarnya mau di susun sebagus apapun itu akan tetap menyakitkan hati mereka
sendiri,
            “Aku”
kata mereka secara bersamaan dan saling memandang.
            “Kamu
duluan aja deh yang ngomong” kata Ranti.
            “mmm,
kamu aja Ti yang duluan, kan ladies first” kata Ranto
            “Kamu
aja To, aku nanti saja”
            “Lebih
baik kamu duluan deh, aku pengen tahu apa yang mau kamu bicarain sama aku
kemarin ditaman” pinta Ranto
            “Kamu
aja dulu, To, aku yang ingin mendengar hal penting apa yang mau kamu sampaikan
kepada aku kemarin, aku penasaran banget, To, kamu duluan aja ya” pinta Ranti
dengan wajah yang memohon.
            Suasana
kembali sepi tanpa suara mereka.
            “Eh,
denger-denger band kamu itu udah mau rekaman ya?” Tanya Ranti yang berusaha
mencairkan suasana agar tidak tegang.s
            “Iya,
Alhamdulillah, kebetulan kemarin kita lulus seleksi terus produsernya langsung
nawarin buat rekaman” tutur Ranto.
            “Wah
hebat banget ya, bisa kayak gitu, selamat ya, To” Ranti berdecak kagum kemudian
menyalami Ranto sebagai ucapan selamat.
            “Ah
biasa aja kali, Ti, baru juga mau rekaman, itu artinya belum usai perjalanan
band aku, masih panjang, masih harus bersaing dengan band-band lain baik yang
sama seperti kita band pendatang baru ataupun band yang sudah sangat terkenal
di Indonesia”
            “Menurut
aku ini luar biasa, buat ukuran Band anak SMA” kata Ranti.
            “Iya
semoga saja ke depannya makin berkembang aja sih kalau harapan aku dan
teman-teman” balas Ranto.
            “Iya
Amiin, aku do’ain kamu dan band kamu sukses dan popular di Tanah Air bahkan
kalau bisa sampai ke Belanda” kata Ranti lirih.
            “Amin,
makasih yan Ti”
            Ranti
membalasnya dengan senyuman, kini mulutnya terasa sangat kelu, dan susah
mengeluarkan kata-kata lagi, dia sangat bimbang dan bingung untuk memutuskan
hubungannya dengan Ranto.
            “Kalau
kamu sukses, pasti banyak cewek-cewek yang nempel gitu deh, secara kamu kan
vokalisnya dengan gaya yang lumayan dan wajah juga lumayan, susah deh nanti
kalo aku pengen ketemu kamu diruang lingkup publik” kata Ranti yang berusaha
mencairkan suasana terlebih dahulu sebelum menuju ke intinya.
            Ranto
tertawa kecil: “hahaha kamu bisa aja Ti, kamu cemburu ya, kalau aku
dikejar-kejar sama cewek-cewek ABG yang lebih cantik?” goda Ranto
            “Nggak,
aku nggak cemburu” balas Ranti dengan muka yang mulai memerah.
            “Tenang
aja, mau sebanyak apapun, hati aku tetep Cuma buat satu nama dan satu orang
yang kini ada dihadapan aku, yaitu Ranti Aprilia Wijaya” kata Ranto, kemudian
didalam hatinya “Iya, sampai kapanpun hati aku tetep buat kamu, Ti, sejauh
manapun jarak memisahkan kita berdua, dan sekalipun hari ini kita akan berpisah
tanpa bisa bersama dan bertemu lagi, aku akan tetap memegang teguh prinsip dan
janji aku buat kamu, kalau hati ini tetap buat kamu dan milik kamu, gak aka
nada yang bisa menggeser posisi kamu dihatiku, Ranti”
            “Waw,
gombal sekali ini Ranto Rahardian” cela Ranti.
            “Ini
serius, Ti, bukan gombalan” balas Ranto.
            Ranti
terdiam, mendadak tubuhnya terasa panas seperti terbakar api yang membara,
meluluh lantahkan semua didinding yang dia bangun untuk berusah berhenti
mencintai Ranto.
            “Tapi
sepertinya kata-kata itu akan terhapus setelah hari ini, To, bahkan mungkin
hati kamu juga akan retak, hancur tak bersisa dan sampai nama aku tidak akan
lagi mengisi ruang hati dan pikiran kamu, semuanya akan segera berubah setelah
hari ini” Kata Ranti secara spontan mengeluarkan apa yang ingin dia sampaikan.
            “Kok
kamu bilangnya gitu, Ti?” Tanya Ranto heran
            “Jujur,
To aku berat sekali untuk mengatakan hal ini sama kamu, padahal kemarin, aku
bersyukur karena kita nggak jadi ketemu, tapi tetap saja kan, ditebus dengan
hari ini, aku nggak tahu apa jadinya aku dan kamu nanti, apa jadinya setelah
hari ini dan mungkin aja kamu akan sangat membenci aku, bahkan seumur hidup
kamu, To” Ranti mencoba menahan bendungan airmatanya agar tidak jatuh.
            “Maksud
kamu apa, Ti? Ayo bicara yang jelas, jangan bikin aku bingung kayak gini?”
pinta Ranto.
            “Aku
nggak tahu harus mulai dari mana To, aku nggak tahu apakah aku masih sanggup
hidup tanpa kamu setelah hari ini, dan apakah aku masih sanggup menyapa kamu
setiap hari saat kita bertemu disekolah, aku.. aku bingung To, aku juga nggak
ngerti aku mau bicara apa lagi dan ngejelasin apa lagi sama kamu,, aku..” Ranti
mulai meneteskan airmatanya satu persatu dipipinya.
            “Ti,
ayolah jangan nangis, aku bener-bener gak bisa kalo liat kamu nangis, Ti,,
ayolah.. bicara secara perlahan saja” pinta Ranto yang sangat bingung harus
berbuat apa, padahal dia belum mengatakan akan mengakhiri hubungannya, tapi
Ranti malah bicara yang tertuju untuk memutuskan hubungan mereka.
            “Kamu
tahu kan, sikap Bapak sama Ibu aku ke kamu? Kamu tahu kan aku akan pindah ke
Amsterdam, kamu tahu kan seberapa jauhnya Belanda dan Indonesia?” Tanya Ranti
sambil tersedu-sedu.
            “Aku
tahu Ti, aku tahu, aku tahu Bapak dan Ibumu tidak pernah suka dengan hubungan
kita, aku tahu karena aku bukan anak orang kaya seperti yang diharapkan bapak
ibumu, dan aku Cuma anak Jakarta yang dipindahkan ke Yogyakarta untuk sementara
waktu, dan aku Cuma anak band dengan penampilan urakan, aku sadar betul itu,
Ti.. orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya” tutur Ranto yang berusaha
tetap tegar serta tenang.
            “Aku
tahu kamu mau pindah dan meneruskan kuliah di Belanda, aku tahu seberapa
jauhnya itu, dan sekarang aku juga ngerti maksud pembicaraan kamu,, kamu ingin
hubungan kita sampai disini aja, kan?iya kan?” Tanya Ranto yang berusaha
memastikan kalau tebakannya betul.
            Ranti
mengangguk Ragu  dan airmata yang mentes
dipipinya semakin banyak.
            “Maafin
aku, To, jujur ini sangat berat sekali untuk aku, tapi aku nggak punya pilihan
lain, aku sebenarnya sangat berat untuk melepaskan kamu, aku sangat menyayangi
kamu, mau seberapa buruk orang menilai kamu, buat aku kamu yang terbaik, kamu
cowok yang selalu bisa diandalkan, kamu,, kamu orang yang sangat aku cintai
setelah kedua orangtua aku, To,, tapi.. aku juga nggak mau egois, aku nggak mau
kamu tersiksa karena kita harus LDR, terpisah jarak, ruang , waktu dan berbeda
Benua” kata Ranti
            “Aku
paham, Ti,aku sangat paham, kamu gak perlu nyalahin diri kamu sendiri, aku
sangat mengerti perasaan kamu, terimakasih karena selama ini kamu sudah
memberikan perubahan-perubahan yang positif untuk hidup aku, terimakasih telah
menjadi inspirasi-inspirasi untuk lagu yang aku buat hingga kini aku dan band
aku bisa rekaman, dan menggapai apa yang aku dan band aku harapkan, kamu sumber
inspirasi untuk hidup aku, kamu adalah udara segar yang merasuki kehidupan aku
yang sangat terpuruk sebelumnya, kamu memberikan semangat baru untuk hidup aku
selama 2 tahun ini, kamu bagaikan bidadari yang dikirim Tuhan untuk menemani
aku dan memberikan aku perubahan-perubahan untuk lebih baik lagi” kata Ranto
            “Keep
smile, aku gak marah, aku gak benci sama kamu,, nama dan kenangan-kenangan
indah tentang kamu akan tetap terlukis dan terukir baik di hati maupun
dipikiran aku, Ti, meskipun kita sudah tidak bersama lagi” tambah Ranto.
            Ranti
tertunduk dan menangis semakin keras.
            “Ayolah,
jangan nangis,, kamu udah gede Ti, masa mau jadi mahasiswa masih nangis?” cela
Ranto
            “Aku
jahat banget sama kamu, To, aku mutusin kamu secara tiba-tiba gini, aku…” Ranti
tak meneruskan perkataannya.
            “Bukan
Cuma kamu yang jahat, tapi kita yang jahat, jujur sejujur jujurnya, kemarin dan
pada akhirnya hari ini, aku juga mau membicarakan hal yang sama sama kamu, Ti..
kalau hubungan kita ini nggak bisa dilanjutin” kata Ranto
            Ranti
mendongak ke arah Ranto, menatapnya dengan sendu.. kini airmatanya mulai mereda
karena dia sangat terkejut mendengar penuturan dari Ranto.
            “Maksud
ka.. kamu?” kata Ranti terbata-bata.
            “Ya,
sama seperti yang kamu bicarakan, aku ingin hubungan kita dicukupkan sampai
disini, hari ini.. karena..” Ranto belum meneruskan pembicaraannya.
            “Karena
apa?”
            “Karena,
gak mungkin hubungan ini terus berjalan kalau orangtua kamu nggak merestuinya,
toh kalau jodoh kita pasti dipertemukan kembali di saat yang tidak bisa
diduga-duga, iya kan?”
            Ranti
hanya mengangguk tanpa bersuara dan berkomentar apapun.
            “Berat
memang rasanya untuk melepaskan orang yang sangat kita cintai dan kita sayangi,
tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita, Ti… setelah lulus nanti, aku akan
segera pindah kembali dan bahkan menetap di Jakarta, aku akan fokus sama karir
band aku, Ti, aku juga akan melanjutkan kuliah, sama seperti kamu.. dan
peraturan di band aku, gak boleh ada yang pacaran dulu, maka dari itu dari
kemarin aku mempersiapkan diri untuk mengatakan hal ini sama kamu, hal yang
sama dengan apa yang ingin kamu sampaikan kepada ku, aku mohon maaf yang
sebesar-besarnya, Ti,, maafin aku”
            “Aku
nggak nyangka, To, kita akan mengutarakan hal yang sama” kata Ranti
            Ranto
menyanyikan lagu perpisahan untuk Ranti, lagu dari Almarhum Chrisye yang
berjudul, selamat jalan kekasih.
            “Selamat
jalan ke kaaaaaasih,, kejarlah cita-cita,, jangan kau ragu tuk melangkah, suatu
hari nanti kita kan bersama lagi, bersama lagi… kita berdua” “Kalau kita
ditakdirkan berjodoh, kita pasti dipertemukan lagi oleh Tuhan, kamu harus
percaya itu” tambah Ranto usai bernyanyi.
            “Iya,
To,, aku percaya sama kata-kata kamu, aku Cuma bisa berharap kalau kita memang
berjodoh dan ditakdirkan bersama oleh Tuhan suatu hari nanti” kata Ranti
            “Walaupun
hubungan kita harus berakhir sampai disini saja, aku bahagia To, aku bahagia
bisa bersama kamu selama 2 tahun, aku bahagia bisa mengenal kamu, aku bahagia
sekali, meskipun sekarang aku bersedih, hati aku rasanya hancur
berkeping-keping, To” tutur Ranti
            “Itu
hal yang wajar kok, Ti.. bukan Cuma kamu yang sedih, bukan Cuma kamu yang
kecewa, bukan Cuma perasaan kamu yang hancur berkeping-keping, aku juga
merasakan hal yang sama Ti, sama seperti yang kamu rasakan, tapi kita harus
belajar merelakan, mungkin Tuhan punya rencana lain dibalik perpisahan kita
ini, walaupun nanti kita tidak berjodoh, itu semua sudah ditakdirkan oleh
Tuhan” kata Ranto bijak
            “Jadi
intinya sekarang kita resmi pu.. putus?” Tanya Ranti ragu
            “Iya,,
kita putus, hubungan kita berakhir sampai disini, maafin aku Ti, kalau aku
sangat menyakiti perasaan kamu, maafin semua kesalahan aku selama ini terhadap
kamu, aku sayang sekali sama kamu, aku yakin kamu bakalan nemuin yang lebih
baik  dari aku bahkan lebih
segala-galanya dari aku”
            “Aku
juga minta maaf, To.. kamu boleh mencari pengganti aku”
            “Aku
kan tadi udah bilang Ti, aku gak akan pacaran dulu, aku mau fokus kuliah dan
menggapai sukses bareng band aku” kata Ranto sambil berusaha tersenyum.
            “Oh
iya, ya aku lupa, To” balas Ranto yang tersenyum tipis.
            “Hahaha
kamu ini ada-ada aja sih, Ti, dasar pelupa” kata Ranto sembari mengelus kepala
Ranti.
            “Maaf,
maaf, tapi kamu nggak benci aku kan, To?” Tanya Ranti sembari memandang Ranto.
            Ranto
tersenyum dan kemudian mencium kening Ranti. Dan memeluk Ranti dengan erat,
seolah mengatakan hal yang sesungguhnya kalau dia tidak ingin kehilangan cewek
yang sangat ia cintai dan ia sayangi, cewek yang merubah hidupnya menjadi lebih
terarah dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
            “Nggak
akan lah, Ti, aku nggak akan membenci kamu, bahkan aku nggak akan sanggup
membenci kamu, apapun kesalahan kamu” bisik Ranto didekat telinga Ranti.
            “Makasih
Ya, To, kamu udah ngertiin aku” kata Ranti yang juga membalas pelukan Ranto.
            “Sama-sama
sayang” bisik Ranto dan mungkin itu adalah kata-kata sayang yang bisa dia
ucapkan untuk terakhir kalinya sebelum mereka terpisah jauh.
            “Semoga
suatu hari nanti kita bisa ketemu lagi, ya” kata Ranti
            “Iya,
semoga kita berjodoh” ucap Ranto
            “Jadi
sekarang kita resmi putus?” Tanya Ranti
            “Iya,
mulai sekarang kita sudah tidak ada ikatan apapun lagi, kita gak ada hubungan
apa-apa lagi, makasih ya atas semua kenangan dan masa-masa indah selama 2 tahun
ini, semoga kamu sukses dan sesuai dengan apa yang orang tua kamu harapkan
selama ini, jadilah yang terbaik untuk mereka, dan bila suatu hari kamu
menikah, kamu jangan lupa undang aku, ya?” kata Ranto
            “Iya,
sama-sama Ranto, kamu juga ya jangan lupain aku dan jangan lupa kasih aku kabar
kalau kamu sukses dan menemukan pendamping hidup yang sesuai sama kamu” balas
Ranti sembari menangis.
            “Jangan
nangis lagi, dong Ti.. aku berat kalo kayak gini, aku gak sampai hati kalo kamu
nangis kayak gini”
            “Aku
nangis karena aku lega, kita masih bisa begini, kita masih bisa bersahabat,
kan?” Tanya Ranti
            “Iya
lah Ti, kita masih bersahabat, jangan takut,, aku kamu dan cinta kita memang
berakhir sampai disini, dan hari ini, tapi perasaan sayang dan cintai ini akan
tetap melekat dihatiku selamanya” kata Ranto yang kemudian melepaskan
pelukkannya lalu beranjak dari samping Ranti.
            “Aku
pulang ya?” pinta Ranto yang jaraknya semakin jauh dari Ranti
            Ranti
hanya mengangguk sambil menangis memandang Ranto semakin jauh dari sisinya,
Ranto memandang Ranti sembari tersenyum, 
dan kemudian menghilang dari hadapan Ranti.
            Ranti
terisak dan menangis sejadi-jadinya, kini dia hanya ditemani keheningan dan
kesunyian kantin siang itu, ya disana dia sendiri, melepaskan cinta yang selama
ini melekat erat dihatinya. Pada akhirnya Ranti dan Ranto harus merelakan
hubungan mereka berakhir sampai hari ini.

Leave a Comment