Selfie Untuk Kembalikan Semangat

By Gemaulani

Berhari-hari aku diam, rasanya tak ingin beranjak dari tempat tidur. Bukan, bukan karena mengantuk. Aku tidur dengan cukup, lebih dari sekadar cukup malah. Namun tetap saja, yang kurasakan saat terbangun hanyalah rasa sakit dan lemas di sekujur tubuh.
Kelopak mata pun terasa enggan diajak kerja sama. Jangankan menulis atau membaca, main game dan streaming film yang biasanya menjadi favoritku saja aku kehilangan selera. 
Sungguh ini menyebalkan!
Aku ini maunya apa. Kenapa malas sekali. Kenapa jadi begini. Kamu tidak boleh terus-terusan begini. Ayo bangun, ayo lakukan apa pun yang kamu sukai dulu. Tinggalkan saja dulu perkara menulis, dan lainnya. Kamu mungkin butuh jeda. Selayaknya kata dengan spasi. 
Buat camilan, mewarnai, baca buku, atau foto selfie? Pilih saja salah satu. Ayo bergerak.
Isi hati dan kepalaku bergulat hebat selama hampir setengah jam. Hingga akhirnya, dengan satu kali helaan napas … aku memilih untuk mengambil foto selfie sebanyak dan selama yang aku inginkan. Ya sekurang-kurangnya sampai ada pemberitahuan “memori penyimpanan hampir penuh.”

Selesai mandi aku mulai mengoleskan pelembab wajah, sunscreen, dan sedikit BB Cream. Ah ya, sambil mengecek barang kali para pelindung wajah dari efek negatif UVA/UVB ini sudah ada yang kadaluwarsa. Untungnya belum kadaluwarsa, masih bisa dipakai 1-2 bulan lagi. 
Selesai meratakan krim-krim tersebut pada wajah ditambah sedikit sapuan bedak dan lipstick, aku pun mulai memilih kerudung untuk dikenakan. Pilihan yang kembali jatuh pada warna abu-abu.
Selfie Untuk Bersenang-senang dan Kembalikan Semangat
Entah kenapa sejak beberapa tahun aku lebih suka warna abu-abu dibandingkan warna lainnya. Entah suka tanpa alasan, atau sebenarnya aku menyukai warna ini atas dasar apa yang belakangan kualami memang abu-abu. 
Seperti perasaan yang sulit dijelaskan, atau orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian pergi sesuka hatinya. Eh apaan coba ini tuh. Udah sekip!

Persiapan


Indikator baterai ponsel aman, lampu belajar hidup, tripod mini ada, cermin kecil, dan barang yang bisa membuatku lebih berekspresi. Ya, semua ada. Semua siap. Ayo setting timernya dulu yang lima detik aja. 
1,
2,
3,
Mari coba cek terlebih dulu apakah posisinya sudah pas, tanganku mudah untuk mengetuk tombol kamera dan timernya cukup. Apakah cahayanya tidak terlalu silau. Lalu cermin, apakah ku bisa melihat ada aku di sana. Ya, ya, semua sudah siap. Ayo mulai.

Ekspresi Favoritku


Aku punya tiga ekspresi favorit, setidaknya sejak tahun 2010. Karena sebelum tahun itu, aku enggak pernah percaya diri di depan kamera. Ekspresinya ancur-ancuran. Foto raport pas kelas 1 SD malah ada drama kumenangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku. Walau hasil fotonya enggak sehancur foto di e-KTP sih. Itu mah enggak ada tandingannya. Udah muka serius, kelihatan garang banget pula. Dahlah

Di masa-masa sekolah fotoku juga banyak failed-nya sih. Seringnya bukan lihat ke kamera eh malah tungkul. Senyum juga enggak berani kelihatan gigi entah mengapa. Dan jiwa suka fotoku menjadi-jadi pas masuk poltek. Di mana ada partner yang suka foto juga soalnya hahaha.
Ambil Selfie Untuk Kembalikan Semangat Yang Mengendur
Jadi ekspresi favoritku adalah senyum kelihatan gigi walau giginya gak bagus dan berkarang gigi, masang muka boloho enggak terlalu lihat ke kamera, dan  senyum sambil menutup mata. Ini bukan menutup mata dalam artian meninggal ya gengs, tolong.

Memegang Suatu Benda


Selain ekspresi favorit, aku juga lebih suka pegang sesuatu saat berfoto. Selain biar enggak hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Alasan lainnya biar cahaya yang kena ke wajahku enggak terlalu terang. Terutama saat proses fotonya pakai bantuan lampu belajar. Iya, aku emang enggak modal. Silakan kamu hujat aku sesuka hatimu.
Benda yang kupegang biasanya random sih. Kadang kamera jadul punyanya mama hadiah dari bapak. Kadang juga buku, ilalang kering yang kuambil dari pinggir jalan, boneka, dan terakhir kunyoba sambil pegang brush. 
Hasilnya, hasilnya ya begitulah. Hasil perpaduan kamera belakang yang lebih banyak dipakaikan timer. Kamera depan ponselku kurang mumpuni soalnya. Yang pasti, setelah ambil foto selfie ini semangat dan mood-ku jauh lebih baik. Dan ternyata wajahku yang B aja ini kalau kata warga net, saat sedang senyum lumayan manis juga. Kemudian #dikeplakpanci sama orang-orang.
Selain itu, ku juga jadi sadar kalau bagian kulit wajah perlu lebih diperhatikan. Karena selama beberapa bulan terakhir aku jarang cuci muka pakai face wash, jarang pakai pelembab, sekip sunscreen, dan tidur enggak teratur. Belum lagi pola makan dan apa yang dimakan lebih banyak enggak sehatnya ketimbang sehat.
Hasilnya ya ditemplokin lagi komedo di sekitar pipi, hidung dan jidat eh kening.  Terus sadar juga pipi mulai mengembang kembali seperti roti yang diberikan baking powder.
Dahlah kuakhiri saja postingan enggak berfaedah kali ini. Tapi kegiatannya membuatku bahagia. Kalau inget kalimat “membuatku bahagia,” berasa ingat stiker di salah satu web browser deh.

Tinggalkan komentar