Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku naik kereta lokal Bandung Raya pukul setengah lima pagi, dari stasiun Cicalengka menuju stasiun Bandung. Demi apa coba aku bela-belain berangkat subuh ke Bandung? Demi ikut bersama sembilan emak-emak blogger dari KEB Bandung, dalam rangkaian kegiatan pelatihan jurnalistik pemula bagi relawan TIK kota Bandung.
Kegiatan ini diadakan oleh diskominfo dan bertempat di Kampung Sampireun Resort and Spa di tanggal 18 – 19 Desember 2017. Pelatihan ini diikuti oleh siswa-siswi terpilih dari SMAN 10 Bandung, SMK Bahagia dan beberapa bapak-ibu guru dari sekolah tersebut. Dan tahu nggak, ibu-bapak guru dari SMK Bahagia masih pada muda gitu. Bahkan kelihatan seumuran sama siswa-siswinya.
Garut – Senin, 18 Desember 2017,
Setibanya di Kampung Sampireun, sekitar pukul 11.00 WIB, kami disambut bajigur hangat sebagai minuman selamat datang. Istirahat sebentar sebelum akhirnya beralih menuju restoran seruling bambu dalam rangka makan siang dan pembagian kaos RTIK kota Bandung juara untuk dikenakan saat outbound keesokan harinya.
Setelah makan siang, para peserta pelatihan jurnalistik diarahkan menuju ruang pertemuan untuk pembahasan materi seputar jurnalistik. Dibuka dengan sambutan oleh ibu Eli Harliani selaku kabid Diseminasi Informasi, kemudian pembacaan doa dan seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelahnya dilanjutkan dengan pembahasan materi Dasar-dasar jurnalistik oleh bapak Maulana Yudiman selaku praktisi bidang media dan kehumasan.
Bapak Maulana menjelaskan dari yang paling dasar, yaitu memahami terlebih dahulu apa itu profesi. Baru kemudian berlanjut ke profesi jurnalis, etika jurnalistik, kode etik jurnalistik, 9 elemen jurnalisme, perkembangan pers di indonesia, perbedaan perangkat kerja wartawan zaman dulu dan zaman sekarang, kontrol media, membedakan wartawan dan buzzer, sampai ke elemen jurnalisme ke 10. Kubaru tahu lho kalau di tahun 1955-1965, industri pers di Indonesia dijadikan alat propaganda partai.
Jadi gengs, elemen ke 10 ini merupakan elemen terbaru yang hadir mengikuti perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Di mana warga bisa menyumbangkan pemikiran, opini, berita dan lain sebagainya melalui medianya sendiri. Macem kita menginformasikan lewat blog, citizen journalism, dan lain-lain.
Sesi materi dasar-dasar jurnalistik pun di tutup dengan tanya jawab. Ada emak Efi dan emak Nia dari KEB Bandung juga yang turut bertanya. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah pertanyaan dari bapak Warsidi kurang lebih tentang menghadapi pemberitaan media yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan terlanjur ditayangkan di televisi nasional hingga mencoreng nama baik sebuah institusi. Soalnya itu sangat merugikan.
Dan ternyata gengs, di dunia jurnalistik itu ada yang namanya hak jawab. Yang mana kita bisa menyampaikan keberatan terhadap pemberitaan tersebut ke media yang memberitakan bahwasannya pemberitaan tersebut tidak benar, dan kejadian yang terjadi di institusi tersebut tidak terjadi. Lalu, media yang dituju harus menayangkan hak jawab yang kita lakukan, baik cetak maupun televisi. Dan kalau sampai nggak ditayangkan, media tersebut bisa diajukan ke dewan pers. Nah begitu gengs, siapa tahu kan suatu saat institusi atau orang-orang terdekat kamu mengalami kejadian serupa.
Eh ya, masih ada satu lagi pertanyaan menarik lainnya dari ibu Dian tentang bagaimana caranya mengetahui wartawan abal-abal apa bukan. Ternyata caranya sederhana lho gengs. 1. Tanya tanda pengenalnya, 2. Surat tugas, 3. Minta fotonya dan rekam juga. Kalau itu wartawannya abal-abal, mereka pasti nggak akan mau di foto apalagi direkam.
Setelah seluruh pertanyaan terjawab, acara dijeda dulu dengan coffee break, baru kemudian dilanjutkan kembali dengan pembahasan materi tata cara membuat berita/ press release yang baik oleh bapak Ari Syahrial, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung.
Di sini dibahas mengenai perbedaan berita dan rilis. Kalau berita disajikan kepada publik, kalau rilis kepada jurnalis atau media massa. Terus kalau berita diterbitkan oleh lembaga pers, kalau rilis oleh organisasi non pers. Dibahas juga mengenai cara menggali informasi melalui reportase, observasi, wawancara, juga paper trail. Sebelum melakukan wawancara kita harus mengetahui dulu siapa narasumbernya, bagaimana latar belakangnya, orangnya seperti apa, siapkan daftar pertanyaan dan siapkan alat perekamnya. pastikan juga kita menguasainya. Setelahnya dibahas juga mengenai teknik menulis dan editing. Editing pun terbagi dua lho. Editing isi dan editing redaksional.
Sesi kedua ditutup dengan tanya jawab dan latihan menulis pengalaman seru ataupun menarik selama perjalanan dari Bandung menuju Kampung Sampireun, Garut dalam waktu kalau nggak lupa sekitar 3 menitan. Kalau dari KEB ada emak Ima yang membacakan hasil menulisnya, membahas tentang bubur ayam. Yang menarik ada salah satu siswi yang menceritakan kengenesannya bersama teman-teman pada bajigur yang belum sempat mereka minum tapi sudah dibereskan oleh pramusaji.
***
Setelah makan malam, diadakan hiburan di ruang pertemuan. Rencananya sih membuat api unggun, tapi berhubung hujan turun sejak sore hari dilanjut masih gerimis. Jadilah acaranya diadakan di ruang pertemuan. Sebelum acara hiburan dimulai, ibu Eli dan ibu Ahyani bagi-bagi hadiah kepada para peserta. Total ada sepuluh hadiah berupa setrika, kompor gas, dispenser, magic com, blender, dll. Syarat untuk mendapatkan hadiahnya, para peserta harus menjawab pertanyaan seputar materi yang tadi siang dibahas. Dan emak-emak KEB Bandung, emak Widya, emak Risky, emak Astri, dan emak Ayu mendapatkan hadiahnya juga. The power of emak-emak yee nggak.
***
Selasa, 19 Desember 2017
Dimulai dengan sarapan pagi pukul 08.00 WIB, acara dilanjutkan dengan outbound. Pertama-tama para peserta berkumpul di sebuah lapangan terbuka, masih di Kampung Sampireun tentunya. Ada teteh pembaca acara yang memandu agar para peserta yang kurang lebih enam puluh lima orang (yang mengikuti outbound) untuk membuat lingkaran besar dan saling berpegangan tangan. Setelah berdoa, permainan pertama pun dimulai. Permainan pertama, peserta harus berkonsentrasi dan melakukan formasi sesuai petunjuk. Bergerak seperti motor (2 orang), mengayuh becak (3 orang) dan kereta api (10 orang). Ada beberapa yang gagal fokus dan akhirnya menggantikan peran teteh pembaca acara untuk memandu.
Setelahnya, peserta kembali membuat lingkaran besar dan berhitung dari 1-6 secara berulang, hingga terbentuklah 6 kelompok dan emak-emak KEB Bandung pun terpisah. Aku kebetulan di kelompok 2 bersama teh Susanti. Setiap kelompok diharuskan membuat nama kelompok, yel-yel, dan menentukan ketua kelompoknya. Kelompok 2 kalau nggak salah namanya kelompok lifestyle (maafkeun aku gagal fokus). Setelah semua kelompok unjuk yel-yel, permainan dilanjutkan dengan balap sarung. Sarung lho ya bukan karung. Enam orang dari setiap kelompok bermain. 3 orang pertama berada dalam satu sarung. Berlari secepat mungkin menuju tiga orang di seberangnya yang akan kembali ke titik awal. Dan kelompok 2 yang pertama kali sampai.
Lalu dilanjut dengan permainan estafet air, kita nggak boleh liat ke belakang sementara air dalam katel (wajan kecil) harus diteruskan sampai ke anggota kelompok di bagian akhir dan bertugas memasukannya ke dalam ember. Setelah permainan tangkap belut. Aku maju karena kangen. Terakhir main tangkap belut tahun 2012 waktu ospek jurusan di kampus. Seru lha itu nangkep-nangkep belut sampai nggak sadar kerudung ngambay terus keuna ku cipratan air belut, jadilah bau hanyir.
Dari lapangan terbuka, outbond dilanjutkan menuju ke danau. Yuhu, lomba dayung perahu. Lima orang perwakilan setiap kelompok berjuang untuk menjadi yang pertama sampai. Nah, berhubung danau di Kampung Sampireun ini tinggi airnya sekitar 3 meter, maka diwajibkan untuk memakai pelampung, terutama yang nggak bisa berenang. Diiringi alunan musik khas sunda, balapan perahu pun dimulai. Dan dimenangkan oleh kelompok 1.
Dan permainan penutup di outbound hari itu adalah, dua orang perwakilan kelompok berjalan di atas selang yang melewati kolam ikan dan pancuran yang ada di sana. Dan kelompok 2 juara, karena berhasil sampai tepian di seberangnya dengan waktu tempuh yang paling cepat beberapa detik dari kelompok 1.
Sebenarnya ada yang lebih cepat tapi gagal mencapai tepian. Malah ada yang sampai mengerahkan segala kemampuannya demi nggak tigejebur. Iya loh, ada yang sampai kaya atraksi sirkus, satu kakinya diluruskan ke belakang.
Dari semua permainan dalam outbound ini, pelajaran yang bisa dipetik adalah, konsentrasi, sportifitas dan kerjasama tim yang baik. Kalau semuanya diterapkan dengan baik tentu hasilnya pun yang terbaik. Ya nggak. Setelah kegiatan outbound selesai, dilanjut makan siang, penutupan dan pulang lagi ke Bandung. Dan berakhir pula blogpost aku kali ini. Sampai bertemu di blogpost selanjutnya gengs.