Bandung, November 2018 …
Meskipun udah sering bolak-balik naik kereta lokal ke Bandung, nyatanya ku belum pernah ke taman balai kota Bandung. Karena waktunya enggak pernah pas, atau akunya aja sih yang terlalu malas untuk pergi sendirian ke sana. Namun, akhirnya, di akhir bulan November kemarin, aku bersama mama, kakak ipar, keponakan, mama mertuanya kakak, keponakannya kakak ipar dan anak dari kakak sepupuku, kami ke taman balai kota Bandung dan juga taman lalu lintas.
Karena udah tahu letak balkot dari stasiun Bandung enggak jauh-jauh amat. Maka, ku memutuskan untuk naik angkot aja. Eh tahunya malah terusir dari angkotnya karena di belakang kami ada rombongan yang jumlahnya lebih banyak dan inginnya mereka doang yang naik alias diborongkeun padahal kalau disatukan juga sebenarnya masih masuk. Terusir di udara Bandung yang panas hari itu eh sungguhlah menyebalkan.
Setibanya di depan SMK 1 Bandung, aku sempat bengong dong di dekat zebra cross, menunggu lalu lalang kendaraan yang padat dan cepat di daerah sekitaran balkot. Di samping kami malahan ada beberapa teteh-teteh yang sepertinya hendak menyebrang dan keberadaannya udah jauh lebih lama dari kami. Bingung, mau menyebrangnya gimana karena lampu tanda boleh menyebrang tetap merah? Ku tengok ke seberang, ternyata ada arahan tulisan, silahkan tekan tombol. Kemudian ku mencari tombolnya, dan lampunya berubah hijau. Kendaraan berhenti semua. Di situ ku merasa norak sekali ya ampun. Dan teteh-teteh di samping kami ikut menyebrang. Sepertinya mereka pun teu apaleun harus mencet tombol.
Sampai di taman balkot, suasananya sungguhlah ramai sekali. Kolam yang bisa dipakai main air anak-anak pun penuh dan terlihat ada sedikit lumutnya. Banyak spot foto menarik sih sebenarnya, tapi enggak bisa kujajal semua. Selain malu, proses mengambil gambarnya pun jadi lama karena dikit-dikit ada yang lewat.
Di beberapa lokasi, banyak anak-anak remaja yang sibuk latihan dance. Terlihat juga antrian orang-orang yang ingin naik bandros, sampai keluarga yang lagi ngevlog pun ada. Tapi, meskipun ramai, yang aku senang, orang-orangnya sadar untuk buang sampah pada tempatnya. Bukan pada temannya apalagi mantannya. Dan tempat sampahnya pun tersebar di beberapa titik, juga cukup banyak. Kulihat ada air keran yang bisa diminum juga sih. Jadi tinggal bawa botol aja dari rumah, kalau haus diisi ulang supaya hemat #modegratisnyakumat.
Dan sebenarnya yang paling membuatku penasaran dari taman balkot adalah labirinnya. Maka dari itu kusempatkan mampir meskipun ramai. Terus pada saat ingin foto banyak anak-anak kecil lari-larian tubruk sana tubruk sini enggak pakai permisi. Tapi akhirnya ku bisa foto juga walaupun enggak seperti harapanku. Sepertinya ku harus ke sini lagi di hari kerja biar fotonya puas dan mengajak seseorang yang motonya bisa diandalkan.
Dikarenakan semakin siang semakin ramai, kami pun memutuskan untuk menuju ke taman lalu lintas Ade Irma Suryani Bandung. Seumur-umur, ku belum pernah ke sini juga soalnya. Dan dulu sempat bengong pas ada teman satu kelas pas SD cerita soal taman lalu lintas. Aku ingin ke situ tapi kalau ke Bandung, tujuannya bonbin (kebun binatang) wae.
Cukup mobil aja yang digantung. Hati aku jangan *eh |
Dikarenakan malas mencari tahu rute angkot dan takut terulang cerita yang sama. Akhirnya kuusulkan naik taksi daring yang muat enam penumpanh aja. Dan semua setuju. Enggak sampai lima menit pengemudinya datang dan sampai ke Taman Lalu Lintasnya juga enggak lama meskipun kondisi lalu lintasnya agak padat. Iyalah da deket. Ongkosnya pun setara sama naik angkot ongkos masing-masing. Total 18 ribu rupiah.
Sesampainya di depan gerbang, kami pun harus mengantri untuk membeli tiket masuk. Iya enggak gratis kayak balkot. Meskipun kami bertujuh, tapi beli tiketnya cuma enam dikarenakan yang satu usianya masih di bawah dua tahun. Harga tiketnya 7 ribu per orang.
Setelah tiket diperlihatkan pada petugas yang menjaga, kami pun segera bergegas menuju spot foto pertama bertuliskan Taman Lalu Lintas Bandung. Enggak jauh dari sana, di sebelah kanannya ada papan-papan berisikan rambu-rambu lalu lintas. Jalan sedikit ke depan ada rumah pohon dan juga mobil yang digantung.
Meskipun ada jalan di atas macam sky walk gitu, tapi kami mah tetap jalan di bawah aja, malas buat naik. Lagipula datang-datang langsung cari mushola. Letaknya enggak jauh dari stasiun kereta-keretaan dan juga kolam renang. Untuk ukuran Taman Lalu Lintas yang cukup luas, bagiku musholanya ini terlalu kecil. Yang wanita di luar, di tenda gitu.Toilet perempuannya cuma satu dekat tempat wudhu. Dan, harus persiapan bawa mukena sendiri dari rumah. Dikarenakan mukenanya terbatas dan banyaknya berukuran buat anak kecil.
Ngomong-ngomong soal anak-anak, kalau bu ibuk, oom, tante mengajak anak atau keponakannya ke sini harap diawasi dan jangan dilepaskan dari genggaman. Karena ada kereta motor berlalu lalang di jalan yang sama. Dan klaksonnya suka bikin kaget. Mungkin alangkah lebih indah kalau jalannya dibedakan. Maksudku adalah macam di jalan raya, ada trotoar buat pejalan kaki supaya enggak bentrok sama kereta motor ini. Kurang nyaman aja gitu.
Eh ya, untuk naik kereta-keretaan dan juga masuk kolam renang harus bayar lagi. Enggak tahu berapa karena kami enggak tertarik untuk mencobanya. Tapi, untuk harga snack sama es krimnya sih masih terjangkau. Aku beli es krim corong gitu harganya masih goceng.
Selain itu ada tempat yang di setting macam panggung pertunjukan gitu karena ada kursi beton yang di bentuk setengah lingkaran gitu. Nah, hari itu ada live music. Yang mulanya aku pikir yang nyanyi sama main musiknya paling anak band usia remaja. Tapi, lama kelamaan didengarkan kok lagu-lagunya termasuk jadul gitu. Lagu-lagunya Rossa macam Atas Nama Cinta sama Pudar.
Akhirnya aku penasaran kan, menuju ke sumber suara dan ternyata personil grup musiknya tunanetra semua. Salut ih, keren. Sampai aku betah agak lama di sana.
Sebelum pulang, kami sempat mampir ke deretan bangunan unyu seperti Drive Thru, bangunan kantor pos, sekolah, toko mainan dan di dekat sana jadi jalur anak-anak bersepeda.