Tidak dipungkiri lagi jika kehadiran internet memang mempermudah kita sebagai manusia untuk belajar banyak hal. Termasuk belajar menulis cerita. Mau itu cerita pendek, fiksi mini, novel, cerita anak, ataupun buku terkait ilmu pengetahuan.
Selain itu, kita pun bisa menulis di mana pun kapan pun tanpa memerlukan pena dan kertas karena sudah ditunjang oleh gawai yang memadai. Sehingga ada banyak aplikasi digital yang bisa digunakan baik di komputer, laptop sampai smartphone. Hingga mengantarkanku pada angan-angan untuk menjadi seorang penulis novel. Sayangnya tidak semudah itu ferguso.
Segala kemudahan yang kurasakan ternyata tak serta merta membuatku bersemangat untuk menyelesaikan tulisanku. Semuanya mengendap di folder laptop, hingga ide-ide yang berkelebat bahkan bergulat di kepala pun akhirnya menguap.
Ternyata aku lebih suka menuliskan status berbumbu kesedihan di media sosial, termasuk kisah cinta yang kandas bersama mantan. Hingga akhirnya membuatmu pergi karena bosan. Sungguh berbeda dengan aku yang bersemangat di masa lampau. Apalagi saat baru belajar menulis bersama mama.
Bisa dibilang aku sungguh merasa beruntung, karena saat masih kanak-kanak mama sering membacakan sebuah cerita ataupun dongeng sebelum tidur. Hingga kebiasaan itu membuatku senang membaca buku cerita, termasuk majalah bobo hasil meminjam dari tetangga.
Selain itu, mama juga tak pernah lelah mengajarkanku untuk belajar menulis. Dari mulai membentuk sebuah garis yang nantinya ditarik dan membentuk huruf, hingga membentuk kata dan rangkaian katanya menjadi sebuah kalimat.
Baca Juga : Cara Mendapatkan Buku Bacaan Gratis
Setiap malam, sebelum rasa kantuk menggelayuti kedua mata, mama akan memberikanku peralatan menulis yang bertambah setiap harinya. Dimulai dari pensil, penghapus, pulpen, pensil warna hingga spidol berukuran sedang.
Mama juga menyiapkan buku tulis yang masih putih bersih. Kosong melompong tanpa dosa. Tentu saja semua peralatan itu diperbolehkan kupakai juga di siang hari saat mama tak mendampingiku belajar menulis. Yang pada akhirnya membuat lembaran halaman buku dipenuhi coretan abstrak.
belajar menulis |
Belajar Menulis Bersama Mama
Aku sangat ingat kalimat apa yang pertama kali ditulis dan legend banget. Kurasa kamu juga tahu deh kalimatnya. Iya, itu adalah kalimat : “Ini Budi!” dilanjutkan dengan “Ini Ibu Budi.”
Beruntung sekali ya yang bernama Budi. Soalnya dikenal di seluruh negeri ini. Kenapa saat itu tak terpikirkan untuk menulis namaku sendiri saja dan nama mama. Ya, namanya juga masih kanak-kanak, masih dalam masa-masa meniru dan menuruti orang dewasa.
Setelah mulai lancar menulis atau lebih tepatnya tulisanku bisa dibaca oleh orang lain. Maka mama pun mulai memperkenalkanku pada huruf kecil, besar, dan tanda baca.
Ya, semuanya bertahap dan aku sungguh bersemangat untuk terus belajar menulis. Hingga tertarik untuk belajar huruf tegak bersambung. Mama bahkan mendukungku dengan membelikan buku bergaris, khusus untuk belajar huruf tegak bersambung.
Hadiah Diary dari Mama Jadi Semakin Membuatku Suka Menulis
Mungkin melihat aku yang semangat belajar menulis dan juga kepribadianku yang pemalu. Ya walaupun sekarang lebih banyak malu-maluinnya. Mama pun menghadiahiku sebuah buku diary berwarna merah muda, bergembok dengan gambar sampul depannya karakter zodiakku.
Mama bilang aku boleh menuliskan semua keluh-kesahku di sana jika aku sedang tak ingin menceritakannya pada mama. Diary itu sangat membantuku untuk mengeluarkan semua yang mengganjal dalam hati dan pikiran tanpa perlu diketahui oleh orang lain.
Baca Juga : Cara Mengubah Format DOCX ke DOC
Terima kasih mama, karena trik sederhana darimu, aku masih terus belajar menulis hingga saat ini. Walaupun terkadang tulisanku yang berupa deskripsi di media sosial membuat seseorang bahkan beberapa orang salah paham. Aku sadar, aku memang harus lebih banyak lagi belajar menulis yang baik dan benar.
Menulis yang bermanfaat untuk orang lain. Tenang, semuanya berproses kan. Seperti aku yang dulu menulis diary rahasia namun kini beralih pada diary yang bisa dibaca semua orang. Ya, blog ini.
Cara mama untuk membuatku semangat belajar menulis kelak akan kuulangi pada anak-anakku, cucu-cucu mama di masa depan. Agar mereka bisa merasakan betapa dengan cara sederhana pun bisa membuat sesuatu menjadi menyenangkan.
Doakan juga agar aku bisa konsisten menyelesaikan sebuah cerita yang menjelma menjadi sebuah buku yang terpampang di rak-rak toko buku suatu hari nanti. Buku yang bisa diambil hikmahnya dan membekas di hati pembacanya. Di mana dalam buku itu aku sudah menulis sesuai PUEBI. Hingga tak ada lagi terima kasih yang penulisannya digabung, ataupun fotokopi yang masih ditulis fotocopy.
Buku adalah jendela dunia. Membaca hal yg penting unt tmbh pngetahuan. Thx God sekarang ada blog. Jd baca lbh nikmat.
Ternyata bakat menulisnya Gilang terasah karena ada support dari Mama ya.
Semangat selalu dalam berkarya, Gilang.
Blog ini akan abadi hingga sang penulisnya sudah gak ada lagi.
Semoga selalu mengukir kebaikan dalam keabadian.
Bener banget mom mengajarkan anak dari kecil untuk tetap bisa menulis ya mom..penting banget itu ya mom
Ak masih belum bisa nih menularkan minat baca keanak-anak, semoga mereka punya minat baca juga karna membaca kunci ilmu