Entah mengapa beberapa waktu belakangan ini saya merasa kalau bumi betul-betul tidak baik-baik saja. Soalnya cuaca jadi tidak menentu dan udaranya panas banget. Iya sih sekarang lagi berdomisili di Tangerang yang suhu hariannya notabene memang lebih hot dari Bandung, tapi saya tetap aja merasa panasnya tuh beda.
Saya merasa kalau perubahan iklim dan suhu panas yang tidak menentu belakangan ini juga dipicu oleh emisi karbon. Mengingat Indonesia ada di peringkat ke 5 sebagai negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Lha kok bisa? Apa sih emisi karbon ini? Penyebab, dampak, dan cara meminimalisirnya? Kalau gitu ikuti cerita saya kali ini sampai selesai ya.
Fakta dan Kondisi Lingkungan di Indonesia
Sebelum bahas soal emisi karbon, saya mau cerita dulu soal fakta dan kondisi lingkungan di Indonesia saat ini. Soalnya, meski Indonesia termasuk negara yang luas wilayahnya besar, termasuk hutannya. Kondisinya sudah berbeda.
Yup, hutan Kalimantan dan Papua yang memiliki proporsi terbesar dulu, kini sudah berubah karena mengalami banyak eksploitasi industri. Kalau yang saya baca dari beberapa artikel, DATA IPBES menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan hutan sebanyak 680 ribu hektar setiap tahunnya. Gila, luas banget kan. Dan deforestisasi ini pada akhirnya berubah jadi lahan sawit, tambang, perkebunan, dan lainnya.
Karena berkurangnya luas hutan dan alih fungsi hutan, ditambah lagi efek rumah kaca, serta peningkatan jumlah emisi karbon yang berkelanjutan. Pada akhirnya manusia atau masyarakat Indonesia juga yang terkena dampaknya. Longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan, sampai gelombang panas yang pemicunya berasal dari kegiatan kita juga. Nah, kalau dibiarkan begitu saja, tentu keselamatan bahkan kehidupan manusia sangat terancam.
Apa Itu Emisi Karbon dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Jadi apa sebenarnya pengertian emisi karbon atau carbon emission itu? Emisi Karbon adalah gas yang berasal dari hasil pembakaran beragam senyawa yang mengandung karbon, misalnya karbondioksida atau CO2, solar, bensin, LPG, serta bahan bakar lainnya.
Nah, fenomena emisi karbon ini menjadi proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Emisi karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Akhirnya menyebabkan naiknya suhu bumi atau efek rumah kaca. Emisi karbon juga membawa dampak buruk bagi lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Tapi khusus kali ini, saya cuma mau spill dampak bagi lingkungan saja dulu ya.
Dampak Buruk Emisi Karbon Bagi Lingkungan
- Meningkatnya suhu bumi setiap tahunnya akibat kutub es yang mencair, sehingga bisa membuat permukaan air laut meningkat. Akhirnya bisa menyebabkan potensi banjir di pesisir pantai.
- Peningkatan curah hujan yang disertai badai.
- Peningkatan gelombang panas bisa meningkatkan potensi kebakaran hutan
- Cuaca menjadi tidak stabil, sehingga mengakibatkan terjadinya banyak becana alam serta membuat hewan di hutan menjadi stres.
Yuk #BersamaBergerakBerdaya untuk Menjaga Lingkungan dan Meminimalisir Dampak Emisi Karbon
Untuk menanggulangi dampak emisi karbon, ada lho hal-hal sederhana yang bisa dimulai dari diri kita sendiri dan lingkungan terdekat. Hal-hal kecil yang kalau digabungkan bisa berdampak banyak. Apa sajakah itu? Sini saya bisikkan:
- Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Untuk mencapai suatu tempat dalam jarak dekat, misal 2-4 km bisa jalan kaki saja atau menggunakan sepeda. Mengingat banyak yang 500 meter saja memilih untuk menggunakan motor atau mobil. Padahal penggunaan banyak kendaraan pribadi, selain menimbulkan kemacetan ya meningkatkan emisi karbon juga. Nah untuk jarak jauh, lebih baik naik kendaraan umum untuk mengurangi polusi dan pelepasan emisi karbon.
- Hemat energi, pokoknya matikan semua peralatan listrik apabila tidak digunakan. Mau itu AC, kipas angin, televisi, komputer, dan handphone.
- Lebih banyak konsumsi buah dan sayur dan pastikan makan serta membeli secukupnya supaya tidak ada makanan yang terbuang.
- Membiasakan diri untuk selalu membawa botol minum sendiri.
- Membawa kantong belanja yang ramah lingkungan saat berbelanja.
- Memilah sampah organik dan non organik. Caranya dengan menyediakan minimal 2 tempat sampah berbeda. Dengan begitu proses daur ulang jadi lebih mudah dilakukan.
- Mengurangi pemakaian penggunaan barang-barang elektronik.
- Menghemat penggunaan air bersih.
- Melakukan penanaman pohon dan menanam tanaman lainnya yang bisa menyerap kembali gas emisi karbon atau efek rumah kaca yang kita hasilkan.
#UntukmuBumiku, Jika Aku Bisa Menjadi Orang yang Membuat Kebijakan
Di Indonesia, pemerintah sebenarnya sudah menerapkan pengurangan penggunaan kantong plastik saat berbelanja dan sebagai gantinya, harus bawa kantong belanja sendiri. Sayangnya kebijakan ini belum merata. Dilakukannya hanya di supermarket dan minimarket kota-kota tertentu. Selain di pasar tradisional pun masih menggunakan plastik. Belum lagi plastik kemasan makanan yang belum bisa dihindari.
Untuk pengelolaan sampah pun meski sudah ada woro-woro untuk dibagi-bagi berdasarkan jenis sampahnya. Tetap saja ada yang menggabungkan sampah. Sepertinya akan lebih baik kalau ada hukuman untuk yang sampahnya yang tidak dipilah dengan benar sebelum dibuang. Misalnya denda hingga sampahnya tidak diangkut.
Kemudian pengelolaan sampahnya tidak hanya dipisah yang organik, botol, dan anorganik saja. Tapi juga dipisah antara kardus, botol bisa daur ulang, dan yang tidak. Selain itu, label pada botol dan isolasi kardusnya dipisahkan. Jadwal untuk pembuangan dan pengangkutannya pun dibedakan.
Nah gimana? Masih mau melihat keindahan dunia dangbkl menghirup udara segar kan gengs? Yuk team up for impact. Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!